CERITA LUCU

Sungguh lucu
Cerita ini sungguh lucu
Tawa saja mungkin tak kan cukup
Menggambarkan betapa lucu cerita ini

Sungguh lucu
Burung pun mungkin tak sanggup melihat cerita ini
Sungguh lucu
Air pun mungkin akan berhenti mengalir melihat cerita ini
Sungguh lucu

Negeriku lucu
Tanahku lucu
Temanku lucu
Atau sebenarnya aku yang lucu
Aaah....lucu
Sudah tak jelas siapa yang lucu dan siapa yang menganggap lucu
Sungguh lucu

Sungguh lucu
Mungkin karena selera humor negeriku sangat tinggi
Sehingga semua cerita harus lucu

Kucubit tanganku
Auu..
Sungguh lucu aku bahkan tak bermimpi
Sadar sesadar sadarnya
Sungguh lucu

Tapi kenapa semua gelap
Cerita lucu apa lagi ini?
Aah...aku butuh lilin
Yaa..aku butuh satu lilin
Ah..bukan..aku butuh dua lilin
Ah..bukan-bukan...aku butuh tiga lilin
Aaaaah.......
Lucu sekali bahkan aku tidak tahu butuh berapa lilin
Atau...bukan lilin sebenarnya yang kubutuhkan
Tapi obor..
Ya..obor
Aku butuh obor
Aku butuh satu obor
Emm..tidak..aku butuh dua obor
Emm..tidak-tidak aku butuh tiga atau empat obor, atau lima....,atau enam, atau tujuh..atau dua belas..atauuu
Aaaaah...
Lucu sekali bahkan aku juga bingung berapa obor yang kubutuhkan
Mungkin karena sudah terlalu gelap
Lucu ya..

Yang jelas aku butuh terang

Aku butuh cerita lucu
Tapi cerita lucu yang bisa membuatku tertawa
Bukan yang membuatku harus menelan ludah
Bukan yang membuatku mengerutkan kening
Bukan yang membuatku mengelus dada
Bukan yang membuatku menangis

Gelap aku butuh terang




*Renungan H-1 Ujian Nasional
Baca selengkapnya " CERITA LUCU " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Merah Putih Perdana di Tanah Selengot

Hari ini, 2 Mei 2011, tepat diperingatinya Hari Pendidikan Nasional Merah Putih untuk pertama kalinya berkibar di lapangan kayu seluas 15 meter x 14 meter SDN 005 Tanjung Harapan Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Tak ingat betul kapan terakhir kali Merah Putih dikibarkan di depan SD yang terletak di atas tanah rawa ini. Seingat Kepala Sekolah terakhir kali 17 Agustus 2008, kata salah seorang guru 17 Agustus 2007, yang jelas setelah lapangan kayu hasil swadaya guru ambrol sudah tak ada upacara lagi. Entahlah kapan tepatnya, sudah tidak menjadi terlalu penting bagi saya. Satu yang pasti bagi saya Merah Putih harus berkibar di SD Negeri yang mendidik 123 murid ini.
Di saat upacara sudah menjadi rutinitas yang wajar di banyak sekolah, bagi saya dan murid-murid pesisir timur kalimantan sangatlah istimewa. Lalu bagaimana refleksi Hari Pendidikan Nasional bagi murid-murid kami yang sebagian besar masih tak beralaskan kaki ini? Refleksi kami sederhana. Kalau dulu Ki Hajar Dewantara memperjuangkan dengan keras agar anak-anak Indonesia bisa sekolah, begitu pula di sini. Bedanya dahulu karena penjajahan Belanda tak banyak anak yang bisa sekolah, tapi di sini karena akses untuk pendidikan minim. Hanya ada satu sekolah di pulau mungil ini, yaitu SDN 005 Tanjung Harapan itu sendiri. Jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi harus rela menyeberang laut ke ibukota kecamatan. Bagi para nelayan ini menyeberang pulau memang mudah, tapi menyeberang untuk menyekolahkan anak-anaknya itu cerita lain. Kesadaran yang relatif rendah para penduduk makin menguatkan rantai kemiskinan di sini.
Terkadang saya atau guru di sini harus memutar otak bagaimana caranya mengajar 2,3 kelas atau bahkan 1 sekolah sekaligus. SK penempatan guru PNS memang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat, namun SK tinggal SK, tak ada sumber daya manusia. Ada yang sempat satu tahun mengajar lalu pergi ke kota dan tak kembali, ada yang satu minggu mengajar, pamit ke kota dan tak kembali, bahkan ada yang hanya kirim nama tapi tak ada wujudnya. Yah..inilah sekelumit cerita dari pesisir yang kaya hasil tangkapan lautnya.
Ini bukan cerita tentang saya, tapi tentang kita, tentang pendidikan bangsa kita. Pemerintah harus bertanggung jawab akan hal ini. Tapi apakah dengan mengatakan demikian, masalah selesai? Pendidikan memang tangggung jawab pemerintah, tapi bukan satu-satunya. Pendidikan itu bukan hanya dari sekolah, oleh guru, dan untuk siswa tapi Pendidikan itu dari-oleh-dan untuk semua.
Saya percaya bahwa mendidik adalah tugas orang-orang terdidik. Lalu sebagai orang-orang terdidik sudahkah kita melakukan tugas kita? Pertanyaan inilah yang menjadi salah satu pelecut bagi saya untuk menjadi Pengajar Muda dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Mencoba untuk terjun langsung memberikan yang kita punya daripada beretorika, menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Mari bersama mencoba memberikan yang terbaik untuk pendidikan bangsa kita yang lebih baik.
Baca selengkapnya " Merah Putih Perdana di Tanah Selengot " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Sepatunya Milik Pak Guru

Sabtu Pagi, 19 Februari 2011



Jam 06.00

9 anak Peserta Olimpiade Sains Kuark (OSK), sudah berkumpul di depan rumah.

"Bagus..kalian sudah siap semua? sudah dicek semua?";
...

"Sudah Pak!, tapi Ridwan belum dapat sepatu!"

"Loh..katanya kemarin mau pinjam punya Hendra"

"Gak cukup pak! terus juga sudah coba sepatu anak kelas 6, gak cukup juga, sudah coba sepatu kakaknya Sulaiman, gak cukup juga ternyata. Gimana dong pak?"

"Hmmm..sepatu Ridwan ukuran berapa memang"

"Gak tau pak, mungkin ukuran 41 atau 42"

"wah..sepatu bapak juga gak mungkin muat dong. Ya Sudah kita ke sekolah dulu"



sesampainya di sekolah, saya bertanya pada semua guru siapa yang ukuran sepatunya 41 ke atas. Alhamdulillah, ada satu guru yang ukurannya 40. Langsung saja dicoba, dan terjnyata masih memaksakan untuk masuk.. Apa boleh buat, hanya itu yang ada yang lumayan muat.

"Ridwan, kamu pake ini saja ya!?"

Ridwan :"Tapi agak sakit pak"

"Emm..ya sudah. sementara tidak dipake gak pa-pa. tapi kalau pas sampai di lokasi nanti sepatunya harus dipake ya?"

Ridwan "Iya Pak"

"Emm..kalau kaos kakinya punya?"

Ridwan: "Gak punya juga pak..tadi sudah cari muter-muter..ada yang jual, tapi semua gak muat"

"Huff..ya sudah..tidak apa-apa. nanti di Tanjung Aru kan ada pasar. coba dicari di sana" (tanjung aru adalah lokasi OSK di seberang pulau ini)



Akhirnya kami berangkat dengan Ridwan yang masih cemas dengan Kaos Kaki. Alhamdulillah, sesampainya di Tanjung Aru, ada juga kaos kaki yang muat dengan Ridwan.



Sesampainya di lokasi OSK: SDN 001 Tanjung Harapan.

Ridwan "Pak, ini gak lama kan ya? soalnya saya kaki saya agak sakit pake sepatu ini!"

"Iya..gak lama kok.,ditahan dulu ya..."



Tanggal 25 Maret 2011

Hati ini sudah berdebar-debar mendengar kabar anak Pesisir ada yang lolos Semifinal OSK. dan ketika membuka website, nama yang kujumpai pertama adalah " M Ridwan SDN 005 Tanjung Harapan"



Alhamdulillah Ya Rabb.... Sepatu Guru itu membawa berkah :-D
Baca selengkapnya " Sepatunya Milik Pak Guru " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Lolos Semifinal Olimpiade Sains Kuark

Tak Percaya, itulah perasaan yang sempat terlintas dalam benak Kepala Sekolah dan Guru-Guru SDN 005 Tanjung Harapan Selengot saat mendengar kabar bahwa 2 anak kelas 4 berhasil lolos ke Semifinal Olimpiade Sains Kuark (OSK). Haru dan bangga. Dua anak, memang jumlah yang tak banyak, tapi lebih dari cukup untuk membuat kami semua bersyukur dan bangga. Ini adalah lomba pertama di bidang akademik yang pernah diikuti oleh murid-murid SDN 005 Tanjung Harapan.

Terletak di sebuah pulau kecil di kawasan Tanjung Harapan, Desa Selengot tak memiliki akses pendidikan yang cukup. Hanya ada satu sekolah di sini yaitu SDN 005 Tanjung Harapan itu sendiri. Jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, harus rela merogoh uang lebih banyak untuk menyeberang ke Ibu Kota Kecamatan. Akibatnya belum banyak anak-anak Desa Selengot yang berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Letak Desa yang jauh dari kota dipisahkan oleh lautan membuat anak-anak ini juga minim akses buku bacaan dan jarang terlibat kegiatan-kegiatan kompetisi.

Adanya komik Kuark di tengah-tengah mereka merupakan hal baru yang membawa perubahan positif bagi anak-anak pesisir ini. Komik Kuark hadir membawa segudang ilmu pengetahuan tentang alam yang masih sangat jarang mereka dapatkan. Komik Kuark bukan sekedar memberikan wawasan berupa tulisan tentang sains, tapi juga memberikan ilustrasi konkrit berupa gambar atau foto sehingga anak lebih mudah paham dan tahu bahwa dunia itu luas dan kaya. Televisi yang seharusnya membawa dunia mini ke hadapan anak belum banyak bisa membantu karena kistrik di Desa ini hanya ada pukul enam sore sampai pukul enam pagi, itupun jika mesin PLTD tidak sedang ada gangguan atau pasokan solar tidak kosong. Sedangkan acara malam Televisi masih didominasi oleh tayangan sinetron. Hewan-hewan yang diketahui pun masih sangat terbatas yang ada di sekeliling mereka, beberapa hewan laut dan sedikit hewan darat, misalnya kucing atau anjing. Dikemas dengan percakapan interaktif melalui tokoh-tokoh unik dan lucu, mempermudah anak-anak untuk memahami sains. Kaya akan warna dan gambar semakin membuat anak-anak tertarik untuk terus membaca Komik Kuark. Bagi guru SD, Komik Kuark bisa dijadikan salah satu acuan dalam membahasakan sains ke anak. Berbagai percobaan yang disajikan di Komik Kuark pun dapat menjadi pedoman untuk melakukan percobaan sains bersama anak-anak.
Terkait kompetisi, OSK merupakan kompetisi yang tidak membuat pusing anak-anak dan guru-guru terkait persoalan administratif. Awalnya Kepala Sekolah dan guru-guru sempat ragu mengikutkan anak-anak SDN 005 Tanjung Harapan dalam OSK ini. Keraguannya ini bukan tanpa alasan, karena mereka masih sedikit trauma akan kompetisi olahraga yang pernah diikuti. Anak-anak mereka harus rela tercekal hanya karena urusan administratif. Tahun 2008 tercatat anak Selengot berhasil menundukkan lawan-lawannya se Kabupaten Paser dalam cabang olahraga renang dan bulu tangkis. Layaknya juara, mereka berhak mendapatkan tempat mewakili Kabupaten Paser ke kompetisi tingkat provinsi. Namun, tempat itu gagal mereka dapatkan hanya karena alasan administratif. Semoga OSK ini dapat memulihkan rasa percaya diri mereka bahwa anak pesisir juga berhak dan mampu berprestasi.
Baca selengkapnya " Lolos Semifinal Olimpiade Sains Kuark " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

MATAHARIKU

Matahari terbenam

Malampun datang

Indah Sekali bewarna warni

Sungguh menawan hati


...

Tibalah waktunya

Saatpun belajar

Mengulang lagi berkali-kali

Semua pelajaran sekolahmu



Jangan lupa belajar

Jangan lupa belajar

Jangan lupa belajar

oh kawankuuuu...




Syair Lagu dari Kepala Sekolah SDN 005 Tanjung Harapan Selengot

*kenangan Saat Bliau SMA di Bima NTB

Syair lagu ini ditulis sambil mendengarkan langsung senandung dari Bapak Kepala Sekolahku..meski sakit stroke dengan berjalan agak tertatih beliau tetap setia datang pagi hari ke sekolah untuk memastikan kegiatan belajar mengajar di sekolah berlangsung
Baca selengkapnya " MATAHARIKU " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Raja Negeri Dongeng

Dua prajurit berbegas menuju pintu gerbang. Kedua tangan setiap prajurit memegang panji kebesaran. Belasan prajurit lain kemudian berbaris mengikuti 2 prajurit pembawa panji sebagai penjuru. Terompet pun ditiupkan, tanda sang Raja tiba.

Seorang prajurit berdiri di tengah gerbang. Hanya berbekal mulut terompet penyambutan pun ditiupkan “Tet teret..teret.Pak Mansyur tiba. Beri Hormat. Hormaaaat Grak”. 2 prajurit pembawa panji kebesaran segera mengangkat tongkat tinggi-tinggi diikuti dengan penghormatan belasan prajurit lainnya.

Sesaat saya kaget dan tertegun. Entah habis nonton film apa anak-anak ini. Kedatanganku menuju pintu gerbang Masjid ashar itu bak kedatangan seorang Raja di sebuah kerajaan. Saya coba kendalikan diri dengan senyuman, “Terima kasih”. Langkah kakiku kuteruskan memasuki pintu gerbang barisan anak-anak yang sedang hormat ini. Satu anak peniup terompet tiba-tiba memberikan komando lagi “Merdeka!”, spontan diikuti belasan anak-anak lainnya sambil mengepalkan tangan mereka tinggi-tinggi. “Merdeka..merdeka..merdeka..hidup Pak Mansyur..Hidup Pak Mansyur..Merdeka!” riuh ramai anak-anak ini mengiringi langkahku ke dalam Masjid. Maka sholat Ashar berjamaah pun ditunaikan.

Sore ini sungguh aneh, lucu, seru..anak-anak ini membuatku akan sangat merindukan mereka saat masa tugasku usai. Semoga kalian semua sukses anak-anakku… ^_^
Baca selengkapnya " Raja Negeri Dongeng " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Baca Yasin untuk Mengusir Penyakit

Tok..tok..tok.. suara ketokan pintu dari luar kamar. “Pak Mansyur”, suara khas itu terdengar kembali selalu setia mengiringi ketokan pintu. Kubuka pintu kamarku dan sesosok tubuh kecil setinggi dadaku dengan tubuh dibalut sarung sudah berdiri seperti biasanya. “Pak Mansyur, bisa baca Yasinkah?”. Saya masih bingung ujung dari pertanyaannya ini. Biasanya pertanyaan ini diajukan seusai sholat magrib di malam jum’at untuk membaca Surat Yasin di Masjid atau hari jumat sore selepas ashar untuk memimpin pembacaan Surat Yasin Ibu-ibu yang sedang arisan. Memang hari ini hari kamis berarti esok adalah hari Jumat, tapi kali ini pertanyaannya diajukan malam hari jam 10 lewat. Rasanya tidak lama lagi sudah jam 11 malam dan saya ingat betul beberapa jam yang lalu saya telah membacakan Surat Yasin di Masjid selepas magrib. “Bisa, tapi bukannya tadi saya sudah baca Surat Yasin habis Sholat Magrib ya?”. Terlihat dia agak kebingungan menjawab “emmm, lain pak. Tapi tidak tahu juga saya. Bapak dipanggil di belakang”

Baiklah, saya paham bahwa saya harus segera ke belakang. Anak yang juga muridku kelas 6 itu tadi bilang saya diminta baca Yasin. Maka segera kukenakan baju taqwaku kembali lengkap beserta songkok (kopiah: bahasa bugis), tak lupa kuambil mushafku.

Di belakang melewati dapur yang tinggal sedikit berjalan dan mendongak ke atas sudah bisa melihat bintang itu, ternyata tujuh atau delapan orang sudah duduk melingkar mengelilingi beberapa baskom yang sudah lengkap dengan air di dalamnya. Saya tidak terlalu ingat jumlah persisnya. Beberapa tanda tanya masih melayang jelas di atas kepala. Satu orang laki-laki yang umurnya kira-kira sekitar 55 tahun itu mempersilahkan saya duduk di depannya di antara baskom-baskom yang telah penuh air itu. Rasanya saya sudah pernah berbincang-bincang dengan orang ini 3 minggu yang lalu ketika saya menghadiri acara akad nikah pasangan bugis selang dua rumah dari rumah yang saya tinggali saat ini. Seingat saya dia memperkenalkan dirinya sebagai orang bugis yang menikahi putri Kiayi di Blitar Jawa Timur. Orang yang mengatakan pada saya bahwa sejarahnya di Indonesia hanya ada dua suku yaitu Bugis dan Jawa. Dia juga yang mengatakan bahwa sebenarnya Bugis dan Jawa tidak ada bedanya, dua suku ini bersaudara.

“Bapak, kami minta tolong nanti bacakan Yasin di atas air ini. Niatkan agar air ini bisa mengusir segala bala’ dan penyakit. Semua bacaan Bapak akan saya jawab. Nanti saya akan salam kepada Bapak, tolong Bapak jawab kemudian bapak baca niatnya dan dilanjutkan baca Yasinnya”

Spontan saya ingat hasil penelitian di Jepang yang menyebutkan bahwa air dapat menyalurkan energi positif setelah air tersebut diberikan kata-kata yang positif juga. Ini pengalaman pertama saya diminta membacakan Surat Yasin di atas baskom berisi air. Meskipun beberapa tanda tanya masih menghiasi mata ini, namun kuputuskan untuk mengiyakan dan berpikir positif. Mereka sedang berusaha, mereka mencoba mengambil kebaikan dari surat cinta dari Yang Maha Kuasa ini. Saya hanya bisa berdoa, semoga apa yang mereka harapkan dengan pembacaan Surat Yasin ini terkabul. Maka ritual pun dimulai.

Lelaki yang juga memakai songkok di depanku ini segera komat-kamit seraya menengadahkan kedua tangannya. Saya tidak mendengar dengan baik apa yang ia lafalkan. Dua tangannya kemudian dicelupkan dengan cepat ke dalam baskom-baskom berisi air itu. Lehernya mulai menggerakkan kepalanya untuk ditolehkan ke sebelah kanannya seraya berucap “Assalamualaikumwarahmatullahiwabaraktuh”, giliran salam kedua di sebelah kiri, dan yang ketiga salam di depanku seraya mengulurkan tangannya. Maka saya sambut tangannya dan menjawab salamnya. Mulailah kutunaikan tugasku untuk membaca Surat Yasin. Ayat demi ayat saya lantunkan. Sesekali mata saya sedikit mencuri pandangan ke arah lelaki di depan saya. Mulutnya kembali komat-kamit setiap satu ayat selesai saya bacakan. Kucoba untuk tetap fokus saja pada bacaanku. Ayat ke-55 telah saya lalui, tiba-tiba kedua tangan lelaki di depan saya mulai bergerak kembali mencelupkan ke air-air yang diperoleh dari langit itu. Lafal lelaki itu sedikit mengeras dan kedua tangannya menengadah semakin tinggi ke atas. Lebih tinggi daripada tengadah tangannya di awal. Tapi meski lebih keras, sekali lagi saya tak begitu jelas mendengar apa yang diucapkannya. Ayat ke-83 usai kubacakan. Maka seruan memuji ayat-ayat Allah SWT ini kuhaturkan tanda mengakhiri bacaan. Uluran tangan kembali diajukan lelaki tinggi besar di depanku “Terima kasih”.

Tugasku usai. Lelaki pemimpin ritual ini segera memberikan instruksi tatacara penggunaan air ‘doa’ itu kepada orang-orang yang tengah duduk mengelilingi kami berdua. Air doa ini jika belum dipakai harus ditutup, seekor cicakpun tak boleh masuk kesini. Sebelum mandi mereka diminta baca basmalah dulu. Selebihnya saya tak terlalu paham apa instruksinya karena semua dibicarakan dengan bahasa bugis.

Malam ini kututup dengan satu ritual baru dan beberapa tanda tanya.

Sore di keesokan hari, ketukan khas itu kembali menghiasi kamarku. “Pak, bisakah baca Yasin lagi seperti tadi malam?”. Pertanyaan ini menegaskan kalau saya akan mengalami ritual itu untuk kedua kalinya. Kali ini di rumah yang berbeda. Seorang lelaki tua yang saya dengar sangat disegani di desa ini sedang terkulai lemas di atas ranjangnya tepat di atas lantai yang terbuat dari papan-papan kayu. Sudah 2 tahun lamanya lelaki tua ini terbaring di tempat tidur karena stroke yang dideritanya.

“Bapak, tolong diniatkan agar Bapak ini bisa berjalan lagi”

Maka ritual kembali dimulai.

“Ya Rabb, saya hanya manusia biasa yang punya salah dan dosa. Sungguh Engkaulah yang Maha Kuasa. Engkaulah yang berhak memberi dan mengambil penyakit dari hamba-hambaMu. Maka berkahilah penduduk desa ini dan berikanlah petunjuk Mu. Amiin”
Baca selengkapnya " Baca Yasin untuk Mengusir Penyakit " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Sehari Class Meeting di SD ku

Anak-anak di SD ku merindukan class meeting yang isinya perlombaan yang mengembangkan minat dan bakat mereka. “Dulu pernah pak ada lomba-lomba, tapi lama sudah”, inilah jawaban salah satu anak kelas 6 ketika kutanya kapan terakhir kali ada perlombaan di sekolah.

Class meeting biasanya diadakan selama satu pekan setelah masa ulangan umum dan menjelang penerimaan laporan hasil berlajar siswa (rapor). Namun, berbeda di sekolahku. Class meeting hanya diadakan selama sehari. Maklum, para guru ini sudah rindu istri dan anak mereka yang tinggal di kota. Jadi mereka berusaha keras menyelesaikan rapor anak-anak mereka dalam tempo sesingkat-singkatnya. Semangat yang bagus. Tapi jadi tak ada istilah remedial disini ^_^.

Waktu sehari. Langsung saja saya usulkan diadakan perlombaan sholat bagi anak-anak. Alhamdulillah semua guru menyetujui. Karena ‘konon’ katanya, kelas 1 sampai dengan kelas 6 belum bisa bacaan sholat. Guru agama mengakui hal itu. Dan beliau mengaku tak tahu lagi bagaimana caranya mengajarkan bacaan sholat. Tapi ‘diam-diam’ perlahan saya mencoba mengajarkan bacaan sholat itu pada anak-anak. Meski belum menyeluruh, paling tidak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ada perwakilannya. Kalau yang saya ajarkan penuh hanya kelas 4. Kecuali guru agama, semua sudah tahu kalau hari senin ini akan diadakan lomba sholat. Maklum rumah guru agama harus menyeberangi sungai. Jadi cukup susah jika memberikan informasi kepada beliau.

Hari H
Pagi ini anak-anak sepanjang perjalanan menuju sekolah sudah mulai menghafalkan kembali bacaan sholat. Anak-anak sudah membawa perlengkapan sholat, baju muslim, mukena bagi yang perempuan dan juga sajadah. Alhamdulillah, guru agama hadir. Langsung saja saya beritahukan tentang lomba sholat ini. Jadi mereka harus membuat kelompok. Satu kelompok terdiri dari 8 orang: 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Jumlah ini didasarkan pada komposisi banyaknya murid laki-laki dibandingkan murid perempuan. Sholat yang dipraktikkan yaitu sholat isyak. Langsung saja sekalian kuminta Guru Agama sebagai juri dalam lomba ini. Saya hanya mengatur jalannya perlombaan. Guru-guru lain langsung menawarkan bantuan untuk membungkuskan hadiah bagi para pemenang yang sudah saya bawa dari rumah.
Salah satu ruang kelas sudah didesain khusus lomba sholat ini. Anak-anak sangat antusias. Kelas sudah penuh dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Beberapa masih bermain di luar kelas. Urutan sudah ditentukan berdasarkan hompimpah. Lomba dimulai. Selain saya dan Guru Agama, semua guru masih di ruang guru. Saat perlombaan berlangsung, satu per satu guru masuk pula ke dalam kelas. Saya melihat senyum yang mengembang dari mereka. Salah seorang guru langsung menginstruksikan kepada anak-anak yang masih bermain di luar kelas untuk masuk semua. “Ayo semua masuk, lihat nih dan belajar sana”. Ada rasa senang dan haru melihat guru-guru turut antusias.

Semua kelompok sudah tampil. Semua murid saya persilahkan keluar terlebih dahulu menunggu hasilnya. Bacaan dan gerakan anak-anak belum sempurna. Saya agak khawatir, Guru Agama kurang menghargai usaha mereka. Oleh karena itu untuk membuka diskusi saya jelaskan kondisinya. Niat yang belum lengkap, bacaan yang pendek memang saya masih mengajarkan sampai segitu. Aku melihat nilai yang diberikan. Ternyata aku salah. Beliau sangat menghargai usaha anak-anak. Nilai terendah dari setiap poin hanya 80. Bahkan 2 kelompok bacaannya dinilai 100. Aku lega.
Semua masuk kembali. Sebelum juara diumumkan saya minta Guru Agama memberikan sedikit evaluasi apa saja yang harus diperbaiki anak-anak. Saya pun memberikan tambahan bahwa intinya bukanlah siapa yang menang dalam lomba ini. Tapi bagaimana kita mengamalkan sholat di kehidupan sehari-hari. Yang sudah bisa harus bersedia memberikan pengajaran bagi yang belum bisa. Yang belum bisa harus belajar dari yang sudah bisa. Bisa ataupun belum bisa, yang penting sholat harus ditunaikan. Perlahan saya yakin semua akan bisa. Inilah sedikit pelajaran dari lomba yang harus berkelompok. Anggota kelompok yang bisa mau tidak mau harus mengajarkan terlebih dahulu kepada mereka yang belum bisa. Kemudian juara 1, 2 dan 3 pun diumumkan langsung oleh Guru Agama dan hadiah pun diserahkahkan beliau. Acara ini ditutup dengan foto bersama semua yang ada di ruang kelas dengan Guru Agama di tengah-tengahnya.

Dari kegiatan ini, saya hanya ingin memberitahukan bahwa anak-anak ini bisa dan mau diajak belajar sholat. Hanya 2 minggu waktu yang mereka butuhkan, dan mereka membuktikan bahwa mereka bisa. Saya ingin semua menyadari bahwa tugas mendidik agama, moral dan budi pekerti bukan semata-mata tugas Guru Agama. Setiap guru memiliki tanggung jawab yang sama. Masa SD adalah masa yang sangat penting bagi mereka memiliki pondasi yang kuat. Mereka membutuhkan lebih dari sekedar transfer ilmu pengetahun. Mereka membutuhkan didikan moral dan budi pekerti dari kita, guru-gurunya.

Saya semakin yakin bahwa rekan-rekan Guruku bisa dan mau diajak berubah. Mereka cinta anak-anak. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terjalin rekan-rekan Guruku yang hebat.
Baca selengkapnya " Sehari Class Meeting di SD ku " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Speechless

Genap satu bulan sudah aku tinggal di negeri di atas air ini. Waktunya 11 orang tim Indonesia Mengajar di Kabupaten Pasir (kami menyebutnya Tim Tengkorak Gaul) berkumpul untuk pertama kalinya.

*sekilas tentang Tim Tengkorak Gaul :
Berawal dari training Indonesia Mengajar dimana dibantuklah tim Pengajar Muda Kabupaten Paser sejumlah 11 orang. Malam hari setelah sholat Isyak 11 orang berkumpul dengan Master Fasilitator, Bapak Achmad Sjahid. Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang daerah penempatan kami. Tapi yang kami dapat adalah daerah yang akan kami tempati masih dekat hutan dimana terdapat suku dayak yang biasanya memberikan sovenir berupa tengkorak pada para pengunjungnya. Selebihnya masih sangat kabur. Apa itu Kabupaten Pasir. Namanya saja baru pertama kali kudengar. Apa aku yang kurang wawasan ya. Hehe. Agar mengurangi kepanikan dan kecemasan, kami sepakat untuk menamakan kelompok ini sebagai Tim Tengkorak Gaul. Untungya disini hanya ada tengkorak ikan :-D

Back to the topic..

Beberapa hari sebelumnya aku sudah bilang ke anak-anak, bahwa tanggal 4 Desember aku akan ke Grogot. Hanya 2 sampai 3 hari. Agar mereka tak terlalu khawatir. Maklum, beberapa kejadian sebelumnya. Pernah ada kasus, guru yang ditempatkan disini. Hanya sempat mengajar 1 minggu, kemudian pamit ke Grogot tapi tak kunjung kembali.

Hari H telah tiba, pagi-pagi benar aku harus berangkat. Karena terdengar kabar bahwa di atas jam 8 pagi ombak sudah tidak bersahabat. Beberapa anak-anak pun mengikuti dari belakang, bermaksud untuk mengantarkan sampai dermaga. Papan demi papan kayu kulewati. Ibu-ibu di beberapa rumah mulai berdiri dan memusatkan pandangannya ke arahku. “Mau kemana Pak?”. “Mau ke Grogot Bu”. Beberapa orang tersenyum aneh. Terdengar pula cletukan “Tuh kan sudah gak betah dia”. Aku hanya tersenyum sambil berucap “Hanya 2 sampai 3 hari Bu. Tidak lebih”. Aku pun terus berlalu menuju dermaga ditemani anak-anak.

Di dermaga 2 guru yang juga mau ke Grogot sudah menunggu. Kapal nelayan ini siap berangkat. Maklum di desa ini tak ada taksi kapal seperti halnya di pulau seberang yang hampir setiap hari ada. Anak-anak buru-buru menyambut dan mencium tanganku. “Yah..bapak...”. “Gak papa, sebentar saja kok di Grogotnya”. Sambil berlalu, satu pesan yang kusampaikan pada anak-anak “Jangan lupa sholat ya”. Aku sangat berharap mereka tetap sholat meski tak ada aku di sana.

3 hari 2 malam sudah aku berada di Tanah Grogot. Waktunya kembali sesuai janjiku pada anak-anak.

Sampai di dermaga Desa Selengot, aku kemudian berjalan menyusuri kembali papan demi papan. Aku sudah tak menginjak tanah lagi. Aku melewati Ibu-Ibu yang juga kutemui saat berangkat. “Mari Bu...” Sambil tersenyum aku berlalu. Sayup-sayup terdengar. “Oh..bener. dia kembali”

Di rumah ternyata sudah berkerumun anak-anak untuk menyambutku. Mereka sengaja menunggu dari pagi tadi katanya. Maklum jam dinding sudah menunjukkan angka 3 dengan matahari mulai menuju arah peristirahatannya. “Bapak...bapak...” “Lama sekali sih pak”. Suara anak-anak, suara itu kudengar lagi. “Pas 3 hari kan”. “Iya pak..tapi lama betul rasanya”.

Aku masuk kamar. Ku ambil buah kelengkeng yang memang sengaj kubeli untuk anak-anak ini. Aku keluar dan memberikannya pada anak-anak. Aku ke belakang untuk membersihkan lengket air laut di muka dan tanganku seraya ambil air wudlu. Tadi aku tak sempat sholat dzuhur. Aku kembali masuk kamar, sholat dan bermaksud mengsitirahatkan badanku ini yang telah letih di perjalanan yang kutempuh sejak jam 10 pagi tadi.

Tapi anak-anak masih di sekitar kamar. Kamar kututup. Beberapa anak lari ke samping dan melongok dari jendela. Awalnya agak risih. Bagaimana aku mau istirahat kalau dilihatin terus begini. Sambil mengrenyitkan dahi aku bertanya pada anak-anak yang melongok dari jendela “Ada apa?”. Spontan anak-anak pun menjawab “Gak papa, lihat Pak Mansyur tenang sudah”...................... Speechless. Aku tak tahu harus berkata apa. Rasa letih ini tiba-tiba sirna begitu saja. Aku hanya bisa tersenyum haru dan kembali merebahkan badanku. Air mataku hampir menetes.
Baca selengkapnya " Speechless " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments