Sehari Class Meeting di SD ku

Anak-anak di SD ku merindukan class meeting yang isinya perlombaan yang mengembangkan minat dan bakat mereka. “Dulu pernah pak ada lomba-lomba, tapi lama sudah”, inilah jawaban salah satu anak kelas 6 ketika kutanya kapan terakhir kali ada perlombaan di sekolah.

Class meeting biasanya diadakan selama satu pekan setelah masa ulangan umum dan menjelang penerimaan laporan hasil berlajar siswa (rapor). Namun, berbeda di sekolahku. Class meeting hanya diadakan selama sehari. Maklum, para guru ini sudah rindu istri dan anak mereka yang tinggal di kota. Jadi mereka berusaha keras menyelesaikan rapor anak-anak mereka dalam tempo sesingkat-singkatnya. Semangat yang bagus. Tapi jadi tak ada istilah remedial disini ^_^.

Waktu sehari. Langsung saja saya usulkan diadakan perlombaan sholat bagi anak-anak. Alhamdulillah semua guru menyetujui. Karena ‘konon’ katanya, kelas 1 sampai dengan kelas 6 belum bisa bacaan sholat. Guru agama mengakui hal itu. Dan beliau mengaku tak tahu lagi bagaimana caranya mengajarkan bacaan sholat. Tapi ‘diam-diam’ perlahan saya mencoba mengajarkan bacaan sholat itu pada anak-anak. Meski belum menyeluruh, paling tidak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ada perwakilannya. Kalau yang saya ajarkan penuh hanya kelas 4. Kecuali guru agama, semua sudah tahu kalau hari senin ini akan diadakan lomba sholat. Maklum rumah guru agama harus menyeberangi sungai. Jadi cukup susah jika memberikan informasi kepada beliau.

Hari H
Pagi ini anak-anak sepanjang perjalanan menuju sekolah sudah mulai menghafalkan kembali bacaan sholat. Anak-anak sudah membawa perlengkapan sholat, baju muslim, mukena bagi yang perempuan dan juga sajadah. Alhamdulillah, guru agama hadir. Langsung saja saya beritahukan tentang lomba sholat ini. Jadi mereka harus membuat kelompok. Satu kelompok terdiri dari 8 orang: 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Jumlah ini didasarkan pada komposisi banyaknya murid laki-laki dibandingkan murid perempuan. Sholat yang dipraktikkan yaitu sholat isyak. Langsung saja sekalian kuminta Guru Agama sebagai juri dalam lomba ini. Saya hanya mengatur jalannya perlombaan. Guru-guru lain langsung menawarkan bantuan untuk membungkuskan hadiah bagi para pemenang yang sudah saya bawa dari rumah.
Salah satu ruang kelas sudah didesain khusus lomba sholat ini. Anak-anak sangat antusias. Kelas sudah penuh dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Beberapa masih bermain di luar kelas. Urutan sudah ditentukan berdasarkan hompimpah. Lomba dimulai. Selain saya dan Guru Agama, semua guru masih di ruang guru. Saat perlombaan berlangsung, satu per satu guru masuk pula ke dalam kelas. Saya melihat senyum yang mengembang dari mereka. Salah seorang guru langsung menginstruksikan kepada anak-anak yang masih bermain di luar kelas untuk masuk semua. “Ayo semua masuk, lihat nih dan belajar sana”. Ada rasa senang dan haru melihat guru-guru turut antusias.

Semua kelompok sudah tampil. Semua murid saya persilahkan keluar terlebih dahulu menunggu hasilnya. Bacaan dan gerakan anak-anak belum sempurna. Saya agak khawatir, Guru Agama kurang menghargai usaha mereka. Oleh karena itu untuk membuka diskusi saya jelaskan kondisinya. Niat yang belum lengkap, bacaan yang pendek memang saya masih mengajarkan sampai segitu. Aku melihat nilai yang diberikan. Ternyata aku salah. Beliau sangat menghargai usaha anak-anak. Nilai terendah dari setiap poin hanya 80. Bahkan 2 kelompok bacaannya dinilai 100. Aku lega.
Semua masuk kembali. Sebelum juara diumumkan saya minta Guru Agama memberikan sedikit evaluasi apa saja yang harus diperbaiki anak-anak. Saya pun memberikan tambahan bahwa intinya bukanlah siapa yang menang dalam lomba ini. Tapi bagaimana kita mengamalkan sholat di kehidupan sehari-hari. Yang sudah bisa harus bersedia memberikan pengajaran bagi yang belum bisa. Yang belum bisa harus belajar dari yang sudah bisa. Bisa ataupun belum bisa, yang penting sholat harus ditunaikan. Perlahan saya yakin semua akan bisa. Inilah sedikit pelajaran dari lomba yang harus berkelompok. Anggota kelompok yang bisa mau tidak mau harus mengajarkan terlebih dahulu kepada mereka yang belum bisa. Kemudian juara 1, 2 dan 3 pun diumumkan langsung oleh Guru Agama dan hadiah pun diserahkahkan beliau. Acara ini ditutup dengan foto bersama semua yang ada di ruang kelas dengan Guru Agama di tengah-tengahnya.

Dari kegiatan ini, saya hanya ingin memberitahukan bahwa anak-anak ini bisa dan mau diajak belajar sholat. Hanya 2 minggu waktu yang mereka butuhkan, dan mereka membuktikan bahwa mereka bisa. Saya ingin semua menyadari bahwa tugas mendidik agama, moral dan budi pekerti bukan semata-mata tugas Guru Agama. Setiap guru memiliki tanggung jawab yang sama. Masa SD adalah masa yang sangat penting bagi mereka memiliki pondasi yang kuat. Mereka membutuhkan lebih dari sekedar transfer ilmu pengetahun. Mereka membutuhkan didikan moral dan budi pekerti dari kita, guru-gurunya.

Saya semakin yakin bahwa rekan-rekan Guruku bisa dan mau diajak berubah. Mereka cinta anak-anak. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terjalin rekan-rekan Guruku yang hebat.
Baca selengkapnya " Sehari Class Meeting di SD ku " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Speechless

Genap satu bulan sudah aku tinggal di negeri di atas air ini. Waktunya 11 orang tim Indonesia Mengajar di Kabupaten Pasir (kami menyebutnya Tim Tengkorak Gaul) berkumpul untuk pertama kalinya.

*sekilas tentang Tim Tengkorak Gaul :
Berawal dari training Indonesia Mengajar dimana dibantuklah tim Pengajar Muda Kabupaten Paser sejumlah 11 orang. Malam hari setelah sholat Isyak 11 orang berkumpul dengan Master Fasilitator, Bapak Achmad Sjahid. Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang daerah penempatan kami. Tapi yang kami dapat adalah daerah yang akan kami tempati masih dekat hutan dimana terdapat suku dayak yang biasanya memberikan sovenir berupa tengkorak pada para pengunjungnya. Selebihnya masih sangat kabur. Apa itu Kabupaten Pasir. Namanya saja baru pertama kali kudengar. Apa aku yang kurang wawasan ya. Hehe. Agar mengurangi kepanikan dan kecemasan, kami sepakat untuk menamakan kelompok ini sebagai Tim Tengkorak Gaul. Untungya disini hanya ada tengkorak ikan :-D

Back to the topic..

Beberapa hari sebelumnya aku sudah bilang ke anak-anak, bahwa tanggal 4 Desember aku akan ke Grogot. Hanya 2 sampai 3 hari. Agar mereka tak terlalu khawatir. Maklum, beberapa kejadian sebelumnya. Pernah ada kasus, guru yang ditempatkan disini. Hanya sempat mengajar 1 minggu, kemudian pamit ke Grogot tapi tak kunjung kembali.

Hari H telah tiba, pagi-pagi benar aku harus berangkat. Karena terdengar kabar bahwa di atas jam 8 pagi ombak sudah tidak bersahabat. Beberapa anak-anak pun mengikuti dari belakang, bermaksud untuk mengantarkan sampai dermaga. Papan demi papan kayu kulewati. Ibu-ibu di beberapa rumah mulai berdiri dan memusatkan pandangannya ke arahku. “Mau kemana Pak?”. “Mau ke Grogot Bu”. Beberapa orang tersenyum aneh. Terdengar pula cletukan “Tuh kan sudah gak betah dia”. Aku hanya tersenyum sambil berucap “Hanya 2 sampai 3 hari Bu. Tidak lebih”. Aku pun terus berlalu menuju dermaga ditemani anak-anak.

Di dermaga 2 guru yang juga mau ke Grogot sudah menunggu. Kapal nelayan ini siap berangkat. Maklum di desa ini tak ada taksi kapal seperti halnya di pulau seberang yang hampir setiap hari ada. Anak-anak buru-buru menyambut dan mencium tanganku. “Yah..bapak...”. “Gak papa, sebentar saja kok di Grogotnya”. Sambil berlalu, satu pesan yang kusampaikan pada anak-anak “Jangan lupa sholat ya”. Aku sangat berharap mereka tetap sholat meski tak ada aku di sana.

3 hari 2 malam sudah aku berada di Tanah Grogot. Waktunya kembali sesuai janjiku pada anak-anak.

Sampai di dermaga Desa Selengot, aku kemudian berjalan menyusuri kembali papan demi papan. Aku sudah tak menginjak tanah lagi. Aku melewati Ibu-Ibu yang juga kutemui saat berangkat. “Mari Bu...” Sambil tersenyum aku berlalu. Sayup-sayup terdengar. “Oh..bener. dia kembali”

Di rumah ternyata sudah berkerumun anak-anak untuk menyambutku. Mereka sengaja menunggu dari pagi tadi katanya. Maklum jam dinding sudah menunjukkan angka 3 dengan matahari mulai menuju arah peristirahatannya. “Bapak...bapak...” “Lama sekali sih pak”. Suara anak-anak, suara itu kudengar lagi. “Pas 3 hari kan”. “Iya pak..tapi lama betul rasanya”.

Aku masuk kamar. Ku ambil buah kelengkeng yang memang sengaj kubeli untuk anak-anak ini. Aku keluar dan memberikannya pada anak-anak. Aku ke belakang untuk membersihkan lengket air laut di muka dan tanganku seraya ambil air wudlu. Tadi aku tak sempat sholat dzuhur. Aku kembali masuk kamar, sholat dan bermaksud mengsitirahatkan badanku ini yang telah letih di perjalanan yang kutempuh sejak jam 10 pagi tadi.

Tapi anak-anak masih di sekitar kamar. Kamar kututup. Beberapa anak lari ke samping dan melongok dari jendela. Awalnya agak risih. Bagaimana aku mau istirahat kalau dilihatin terus begini. Sambil mengrenyitkan dahi aku bertanya pada anak-anak yang melongok dari jendela “Ada apa?”. Spontan anak-anak pun menjawab “Gak papa, lihat Pak Mansyur tenang sudah”...................... Speechless. Aku tak tahu harus berkata apa. Rasa letih ini tiba-tiba sirna begitu saja. Aku hanya bisa tersenyum haru dan kembali merebahkan badanku. Air mataku hampir menetes.
Baca selengkapnya " Speechless " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

11 Anak Mau Keliling Indonesia

Hari ini adalah hari pertama aku memasuki ruang kelas 6. Ada 11 anak dalam ruangan ini, 5 anak kelas 5 dan 6 anak kelas 6. Maklum, guru kelas 5 berhalangan hadir, jadi ku gabung saja kelas 5 dan 6 dalam satu ruangan ini. Awalnya aku agak bingung, harus bagaimana mengajar 2 kelas dalam satu ruangan. Baiklah yang penting aku mulai dulu dan berinteraksi dengan anak-anak.

Mulailah aku dengan perkenalan diri. “Coba siapa yang tahu nama bapak?”. Beberapa anak langsung menjawab “Pak Mansyur...”. Nama saya dapat mereka ketahui dengan mudah. Sengaja setiap hari saya masih memakai kartu pengenal Pengajar Muda yang kupakai sejak training di Bogor agar anak-anak dapat mengenalku dengan mudah. “Yup, betul sekali, nama saya Mansyur. Bukan Mansyur S, tapi Mansyur R, Mansyur Ridho. Kalau Mansyur S itu penyanyi dangdut” (sambil kutulis namaku di papan tulis). Anak-anak menyambutnya dengan gelak tawa.

“Nah, sekarang siapa yang tahu Bapak dari mana asalnya?”. Semua langsung diam dan terlihat berpikir untuk mencoba menerka-nerka. Beberapa jawaban terlontar dari anak-anak “Dari Selengot”, “Dari Tanjung Aru”, “Dari Grogot”. Selengot adalah nama Desa ini, sedangkan Tanjung Aru adalah nama desa yang terletak di seberang pulau ini. Tanah Grogot adalah nama Ibukota Kecamatan di sini, orang-orang akrab menyebutnya Grogot. Ada juga yang menerka “Dari Balikpapan”, “Dari Jakarta”. Langsung saja aku jawab “Ya, betul. Bapak dari Jakarta. Kuliah di Jakarta dan asal Bapak dari Jombang, siapa yang sudah tahu mana itu Jakarta dan Jombang?” Semua hanya geleng kepala. Aku berhenti sejenak. Aku melihat ada peta Indonesia dan peta Kalimantan Timur terpajang di dinding belakang. Baiklah kuambil saja peta tersebut dan kupasang di paku-paku di atas papan tulis.

“Baiklah, anak-anak mari semua maju ke depan. Sekarang coba cari letak kita ada dimana!”. Mereka ber 11 kemudian maju ke depan dan mulai mencari desa mereka. Dengan serius mereka mencoba mencari letak desa mereka di peta. “Kami di Selengot pak, mana Selengot? Pusing pak. Tidak ketemu”. “Baiklah, sekarang kita fokus saja dulu di Peta Kalimantan Timur (sambil kutunjuk petanya), kita sekarang berada di Desa Selengot. Kecamatan Desa selengot Apa?” Kutuntun mereka untuk menemukan terlebih dahulu Kabupaten Pasir. Ketika berhasil menemukan Kabapen Pasir, mereka bersorak riang gembira. “Bagus, sekarang kita lihat peta Indonesia. Coba cari mana Jakarta dan mana Jombang!” Sambil kutuntun juga, maka berhasil menemukan letak Jakarta dan Jombang pada peta. Salah satu spontan berkata “Wah..jauh ya”. “Iya, jauh...” Mulailah saya bercerita tentang Indonesia Mengajar dan menunjukkan 4 daerah penempatan lainnya di Peta Indonesia.

Salah seorang anak tiba-tiba berkata “Wah...Indonesia ternyata luas ya”. “Iya, luas sekali. Siapa yang sudah pernah ke Jakarta?” Tidak ada yang mengacungkan tangan. “Belum ada, baiklah. Siapa yang sudah pernah ke Balikpapan?”. Mereka hanya meggelengkan kepala. “hmmm...Kalu begitu siapa yang sudah pernah ke Grogot?”. Hanya satu orang yang mengangkat tangannya. Wow..ternyata banyak dari mereka bahkan menyeberang ke Ibukota kecamatan pun belum pernah.

“Sekarang, bapak mau tanya. Siapa yang mau ke Grogot?” semua anak langsung mengacungkan tangan. “Siapa yang mau ke balikpapan?”, tak seorang pun yang tidak mengangkat tangannya. “Siapa yang mau ke Jakarta?”. Acungan tangan mereka makin tinggi, ada yang sampai berdiri. “Siapa yang Mau Keliling Indonesia?”. “Saya..saya...saya...”. Semua berdiri dan mengacungkan tangannya. “Ok. Berapa jumlah kalian?”. Mereka kemudian berhitung, “11 orang Pak”. “Yakin kalian semua mau keliling Indonesia”; “Yakin Pak”; pertanyaan ini sampai kuulang tiga kali. Dan jawaban mereka tetap sama dan semakin lantang. “Baiklah, kalau begitu 11 anak Mau Keliling Indonesia”. Maka kutulis di papan tulis “11 Anak Mau Keliling Indonesia”.


“Lalu bagaimana caranya ya untuk keliling Indonesia?, apa ya yang harus kita lakukan agar bisa keliling Indonesia?”. Ku minta satu per satu menjawab pertanyaanku ini. Berikut jawaban-jawabannya:

1*Jalan Kaki
2*Naik kapal
3*Naik Bus
4*Naik Pesawat
5*Harus sekolah dulu
6*Harus lulus sekolah
7*Harus belajar yang rajin
8*Harus kuliah dulu
9*Naik Mobil
10*Harus bekerja dulu
11*Harus berpikir

Kemudian setiap jawaban dibahas. Setiap orang harus berpendapat kenapa Mau Keliling Indonesia dengan cara yang disampaikan masing-masing. Ada yang menyanggah dan mendukung jawaban temannya. Setiap sanggahan atau dukungan haruslah memiliki argumentasi yang jelas. Intinya semua jawaban benar.

Langkah selanjutnya, mereka kubagi ke dalam 3 kelompok. Setiap kelompok bertugas untuk mendiskusikan dan mengurutkan 11 jawaban yang ada menjadi suatu cara yang runut untuk keliling Indonesia. Diskusipun berlangsung seru sekali. Setelah berdiskusi, setiap kelompok mempresentasikan jawabannya berikut alasannya kenapa membuat urutan demikian. Masing-masing kelompok memiliki urutan yang berbeda satu sama lain. Ada yang berpendapat keliling indonesia benar-benar di akhir setelah “harus bekerja dulu” diletakkan pada urutan akhir. Ada yang berpendapat bisa keliling Indonesia mulai sejak kuliah. Semua betul. Aku mendukung semua jawaban. Lalu aku bercerita bagaimana kisahku mulai perlahan keliling daerah-daerah di Indonesia. Aku sendiri belum menuntaskannya. Aku hanya ingin mereka memiliki semangat yang luar biasa untuk keliling Indonesia. Mulai dari sekarang. Karena mereka anak-anak yang luar biasa. Kening dan pancaran matanya menyiratkan masa depan yang cerah. Kami saling menyatukan tangan dan berjanji akan keliling Indonesia. Janji 11 Anak Mau Keliling Indonesia.
Baca selengkapnya " 11 Anak Mau Keliling Indonesia " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Kejutan Menjelang Tidur

Hari ini kamis 18 November 2010 tidak seperti biasanya. Kalau biasanya saya yang mengajak untuk Sholat baik Dzuhur, Ashar, Magrib, maupun Isyak, sekarang anak-anak sudah lebih duluan mengingatkan saya. “Pak, nanti kita sembayangkah?”, seru beberapa anak yang menghampiriku kira-kira sepuluh menit sebelum waktu sholat tiba. Rasanya Allah memberikan aku banyak kemudahan meski masih singkat waktuku disini.
Sedikit mengingat hari sebelumnya, dimana seusai sholat ashar berjamaah dengan anak-anak, terjalinlah perbincangan antara aku dan anak-anak.
Anak 1 : Pak, setelah satu tahun kita akan pulang ke Jakartakah? (*kita yang dimaksud disini adalah aku sebagai gurunya)
Aku : Iya
Beberapa anak : Yaaaah... Kita tidak bisa sembahyang lagi dong? (sambil memasang wajah sedih)
Aku : Loh, kenapa?
Anak 2: Iya pak, kalau dengan Bapak kami bisa tenang sembahyang.
Aku : Memangnya kalau tidak ada bapak kenapa? (masih bingung apa yang anak-anak maksud)
Anak 1: Biasanya kalau kami sembahyang, yang ada dibentak-bentak pak. Jadi kami sembahyang sambil ketakutan pak. Sudah tidak ingat semua yang harus dibaca. (beberapa anak mengiyakan sambil memperagakan kondisi sholat dengan ketakutan)
Aku : Hmm..berarti sebenarnya kalian bisa bacaan sembahyang?
Anak 2: Dulu hafal pak..sekarang lupa sudah..

Trenyuh hati ini mendengar kata-kata anak-anak ini. Oleh karena itu saya memutuskan setiap habis sholat magrib yang biasanya kugunakan untuk mengajak anak-anak untuk belajar mengaji, maka kini kuganti dulu dengan mengajarkan bacaan sholat lima waktu untuk anak-anak. Setelah mereka lancar, barulah kulanjutkan belajar mengajinya. Magrib ini kucoba untuk pertama kali mengajarkan anak-anak bacaan sholat yang sebagian anak mengaku sudah pernah menghafalkannya tapi kini lupa. Alhamdulillah mereka sangat antusias sekali. Pertama, kubacakan doa iftitah lalu kuminta mereka menirukan. Kedua, kita baca bersama-sama sebanyak 3-6 kali. Ketiga, kuminta satu persatu menghafalkan. Keempat, kuminta kembali memnghafal bersama-sama sebanyak tiga kali. Kelima, kuminta diulang satu persatu. Kemudian bacaan Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Khusus ini, metodenya cukup diulang tiga kali bersama dan satu kali sendiri. Karena mereka sudah cukup hafal sebelumnya. Barulah aku minta mereka mengulang mulai dari takbirotul ikhrom. Selanjutnya metode menghafal doa iftitah kuulang untuk doa rukuk. Kemudian diulang lagi mulai dari takbiraotul ikhram sekaligus dengan peragaan seperti halnya sholat sebenarnya. Kali ini cukup sampai doa rukuk saja, agar tidak terlalu penuh juga di otak mereka. Selain itu memang waktunya sudah masuk Isyak. Senang sekali ketika mendengar meraka langsung mempraktekkan, bahkan di Sholat Sunnah. Memang jadi agak lama karena masih terkesan mengeja. Dan jadi agak mengganggu jamaah yang lain karena suara mereka cukup keras. Tapi tidak apa-apa, dengan ini saya bisa tahu mana bacaannya yang sudah benar dan mana yang masih perlu perbaikan.
----
Jam sudah menunjukkan jam setengah sembilan malam. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. Salah satu anak sudah berdiri di depan pintu, “Pak kalau besok Bapak Sholat Subuh, bangunkan kami juga ya. Kami ingin Sholat subuh ke Masjid”. Subhanallah.... Aku terharu. Padahal biasanya mereka hampir tak pernah Sholat Subuh. Sampai dengan umur mereka sekarang, mereka mengaku ada yang baru 3 kali Sholat Subuh, dua kali, bahkan ada yang mengaku belum pernah. Kini mereka memintaku membangunkan mereka untuk Sholat Subuh. Ini benar-benar anugrah Allah terindah dari sekian banyak kejutan beberapa hari ini. Semoga ini bisa segera menular ke penduduk di sini. Amiiin
----
Usai sholat ashar, seperti biasanya mereka kuajak berdoa terlebih dahulu. Minimal doa untuk kedua orang tua. Doa selesai. Terjalinlah percakapan. “Pak, nanti kita lanjutkan belajar sembahyang lagi?”, tanya seorang anak. “Tentu ^_^”, jawabku. “Kalau gini, nanti kalau Bapak pulang, kami bisa sembahyang sendiri sudah”. Aku tertegun. Rasanya aku habis saja meneguk air es segar sehabis perjalanan di padang pasir dalam terik matahari.
Baca selengkapnya " Kejutan Menjelang Tidur " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Balajar Huruf Bugis untuk Mengajar Membaca

Suatu sore salah satu tokoh masyarakat datang padaku : "Pak, penduduk disini banyak yang belum bisa baca tulis; bisakah Bapak mengajari kami cara cepat membaca?" *dalam hati ini kesempatan ladang amal buat pemberdayaan masyarakat nih..tapi cara cepatnya gimana ya? , maka kujawab: "insyaAllah Pak, hmm..tapi cara cepat yang bapak maksud seperti apa ya?".."seperti kalau belajar huruf bugis pak" ; "Oh..berarti penduduk sini bisa baca tulis huruf bugis?"; "Iya Pak?"; *Lalu saya ambil kertas dan bolpen: "Bisa tolong tuliskan huruf bugis seperti apa!" *Lalu si Bapak menuliskannya... Tidak tahu darimana datangnya pikiran ini, spontan kujawab: "Baik Pak, kita akan belajar membaca bersama, dasarnya dari huruf Bugis..tapi beri waktu saya untuk mempelajari huruf bugis ini".....
Bismillah semoga ini bukan sekedar nekad..
Ya Rabb..teguhkanlah...
Baca selengkapnya " Balajar Huruf Bugis untuk Mengajar Membaca " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Mendambakan Guru Baik

Berdasarkan pengakuan para Siswa, Guru-guru disini cenderung menerapkan metode hukuman tangan bagi siswa. Ketika berbicara dengan guru pun, mereka menyarankan demikian. Trend disini sekolah bagaikan piramida. Semakin naik kelas, maka semakin sedikit jumlah siswanya. Ada 2 hal sementara yang dapat saya simpulkan. Pertama, karena kondisi sekolah yang tidak membuat mereka betah kemudian mereka memutuskan untuk putus sekolah. Kedua, orang tua cenderung merasa cukup jika anak mereka bisa baca tulis. Jika sudah, maka tidak perlu melanjutkan sekolah lebih tinggi.

Mereka sangat mendambakan guru baik. Saya pernah mencoba meminta mereka menggambar di akhir jam pelajaran. Dalam buku gambar tersebut saya minta digaris menjadi tiga bagian. Bagian kiri untuk menggambarkan ekspresi hari kemarin dan penjelasannya. Bagian tengah menggambarkan ekspresi hari ini ini. Bagian kanan untuk menggambarkan cita-cita. Dan mengejutkan bagi saya. Hampir semua siswa menggambarkan ekspresi senang pada kolom tengah karena mendapatkan guru baru yang baik. Berikut contoh gambarnya yang sempat saya dokumentasikan.


Kenapa saya terkejut? Karena pada saat itu pun, saya rasa saya masih mengajar dengan datar. Tidak ada segala bentuk permainan yang saya terapkan di Cikereteg 1. Namun, mereka sudah merasakan senang sekali. Suatu malam, seorang murid kelas 6 menghampiriku dan berkata “Pak, kata wati dia mau sekolah lagi kerana guru barunya baik sekali”. Saya hanya bisa tertegun. Saya senang dan terharu. Katanya dia adalah anak yang hendak memutuskan untuk berhenti sekolah.
Baca selengkapnya " Mendambakan Guru Baik " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Akhirnya Datang Juga

Hari ini, Sabtu 13 November 2010 adalah hari pertamaku masuk sekolah. Malam sebelumnya, saya bertemu dengan Bapak Kepala Sekolah yang sudah berdedikasi selama kurang lebih 25 tahun di SDN 005 Tanjung Harapan ini. Sejak jalan masih berupa dua gelondong kayu sampai dengan saat ini jalan sudah tersusun rapi dari papan kayu. “Dulu saya biasa tuh jatuh dari jalan kayu”, kata istri kepala sekolah yang juga Guru SD tersebut. Dengan polos kutanya, “Terus?”. “Ya, berenang sudah”. Waow..tidak terbayang kalau saat ini jalan masih berupa dua gelondong kayu. Bisa-bisa jalan kemana-mana harus pakai pelampung. Maklum belum mahir berenang.
Seperti yang ditugaskan oleh IM, saya memberitahukan bahwa dalam satu-dua bulan saya diminta untuk observasi dulu. Barulah di semester genap bisa mengajar. Dengan senyum, Bapak Kepala Sekolah menjawab “Hmmm...lihat saja besok”. Dan hari ini benar-benar saya lihat. Ada 6 kelas, guru hanya ada 5 orang. Kepala sekolah meski datang ke sekolah belum bisa turun mengajar karena penyakit strokenya belum pulih benar. Bagaimana mungkin saya hanya duduk manis observasi, sedangkan ada kelas yang tak berguru. Jadi ingat reality show “Akhirnya datang juga”. Tanpa teks, tanpa RPP, saya harus mengajar kelas 4. Guru kelas 4 sebenarnya masih ada, tapi sekarang masih ke Tanah Grogot. Katanya sedang mengurus administrasi sekolah. Sudah 1 bulan lamanya dan belum tahu kapan kembalinya. Kata salah seorang guru, hal ini sudah biasa. Guru kelas 4 biasanya 1-3 bulan ke kota, kemudian kembali mengajar selama 1 minggu dan kembali lagi ke kota. Begitulah rutinitas yang ada. Sebelum pulang sekolah, saya mencoba bertanya kepada Bapak Kepala Sekolah.Kira-kira hari senin saya mengajar kelas 4 lagi atau kelas lain. Beliau kembali menjawab dengan senyum, “Lihat saja hari senin”.
Esok hari, ternyata Bapak Kepala Sekolah harus dibawa ke Tanah Grogot untuk berobat karena penyakit strokenya yang belum pulih benar. Entah sampai kapan beliau berobat. Saya hanya bisa berdoa semoga Bapak bisa lekas sehat seperti sedia kala. Istrinya yang guru kelas 2 pun tentu turut ikut mengantar. Jadi guru di sekolah tinggal 4 orang.

Senin pagi, saya berangkat ke sekolah. Guru kelas 6 melenggang dengan pakaian santai menghampiriku, “titip anak-anak ya”. Saya agak bingung, “Memangnya bapak mau kemana?”. “Saya mau ke Grogot, paling satu minggu. Biasanya saya juga begitu. Satu minggu mengajar satu minggu di Grogot”. Rasanya barusan bapak satu ini mengatakan hal yang sangat aneh bagi saya. Tapi beliau mengatakan dengan santai dan lumrah. Inilah kondisi yang ada di sekolahku. Kondisi guru yang lebih suka ke Tanah Grogot atau mengurus tambaknya atau mengurus budidaya rumput laut membuat kondisi pembelajaran masih tidak menentu. Dan tidak ada jadwal pengurusan tambak, pengurusan budidaya rumput laut, dan jadwal ke tanah grogot semakin membuat proses pembelajaran tidak menentu. Sehingga memang bisa dipastikan ada beberapa kelas kosong setiap harinya, namun belum tahu kelas apa. Sehingga persiapan mengajar pun harus siap dengan kelas berapapun. Ya sekolah ini layaknya reality show “Akhirnya datang juga”. Sejauh ini yang bisa saya lakukan ketika mengurus 2-3 kelas sekaligus. Mereka saya minta untuk gabung dalam satu ruangan, namun dengan baris bangku yang jelas. Misal kelas 4 di sebelah kiri, kelas 5 tengah, dan kelas 6 di sebelah kanan. 2 jam pertama saya gunakan untuk pelajaran tematik kelas gabungan. Ini istilah saya pribadi, jadi bukan tematik antar pelajaran tapi tematik antar kelas. Kemudian waktu istirahat. Setelah istirahat barulah pelajaran per kelas. Saya akan bergiliran menjelaskan pelajaran kelas 4 dengan memahamkan konsep terlebih dahulu, bergilir sampai kelas 6. Ketika kelas itu sudah diberi penjelasan atau belum, maka saya berikan tugas tertentu terlebih dahulu. Di Akhir secara bergiliran saya buat penguatan. Akibatnya tidak banyak materi yang bisa diterangkan dalam setiap harinya.
Baca selengkapnya " Akhirnya Datang Juga " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Paser Buen Kesong

Tiga kata ini tertulis di Bus Mini Pramuka yang menjemput aku dan 10 pengajar muda yang bertugas di kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Pasir Berhati Baik, itulah arti dari Paser Buen Kesong. Membaca slogan ini, entah kenapa hati ini menjadi sedikit lega. Udara yang kuhirup rasanya tidak terlalu asing, padahal ini baru kali pertama saya menginjakkan kaki di pulau terbesar di Indonesia ini. Barang-barang sudah aku dan kawan-kawan masukkan ke dalam bus mini pramuka tersebut. Jalanan cukup macet di bandara Balikpapan ini. Ternyata sebabnya adalah beberapa ruas jalan ditutup pada hari ini. Tidak sembarang jalan bisa dilewati oleh kendaraan bermotor. “Beberapa jalan ditutup, hari ini hari jalan kaki untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan”, kata fasilitator kabupaten Pasir. Memang hari ini tepat tanggal 10 November, tanggal diperingatinya Hari Pahlawan. Unik juga kota ini memperingati Hari Pahlawan.

Bus terus melaju menuju tempat berlabuhnya pengiriman barang. Kami harus mengambil terlebih dahulu barang-barang sudah kami kirim sebelum kami berangkat ke Balikpapan ini. Buku-buku bahan ajar sengaja dikirim terlebih dahulu agar tidak terlalu memberatkan barang bawaan saat berangkat. Usai ambil barang, sejenak kami mampir ke salah satu tempat makan di kota ini yang terletak tepat di pinggir pantai untuk mengisi perut yang hampir kosong. Menu makanannya masih tidak jauh berbeda dengan ketika kami di Jawa.

Usai makan dan sholat dzuhur, mesin Bus kembali dinyalakan untuk segera menujur Pasir yang berhati baik. Bus ini hampir tak pernah belok. Jalanan yang kami lalui adalah jalanan lurus seakan tanpa batas. Melewati sedikit rumah dan banyak hutan. Meski jalanan lurus bukan berarti berjalan mulus. Jalan disini meski beraspal, aspalnya membentuk semacam ombak kecil. Kadang juga kami lewati jalan yang sudah rusak aspalnya dan diganti oleh genangan air yang tentu juga bergelombang. Rasanya tanpa musik kami sudah bisa bergoyang di dalam bus. Hmm..berpikir, ini jalan darat sudah berombak. Bagaimana dengan jalan laut ya... Jadi ingat pepatah, pelaut yang tangguh tidak akan lahir dari lautan yang tenang. ^_^
Baca selengkapnya " Paser Buen Kesong " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Menjemput Pengabdian di Pasir Kaltim

Bismillahirrohmanirrohiim...

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, aku memulai perjalanan ini.

Hari ini Rabu 10 November 2010, perjalanan ini pun dimulai. Setelah 2 bulan lamanya aku dan 50 pengajar muda digembleng untuk siap mengajar dan siap hidup di daerah yang katanya terpencil. Pukul satu dini hari bus sudah siap di depan Modern Training Center untuk mengangkut para pengajar muda menuju Bandara Soekarno Hatta. Di perjalanan aku mencoba memanfaatkan waktu untuk memejamkan mata seraya mengistirahatkan otak ini karena 2 hari sebelumnya agak terpusingkan dengan packing barang-barang bawaan yang akhirnya muat ke dalam satu koper dan satu tas carier. Entah kenapa packing adalah saat yang paling tidak kusuka, yang jelas bukan karena tempat baru yang akan kutuju. Packing dari rumah di Jombang menuju rumah kakak di belakang kampus UI depok. Packing dari rumah kakak ke tempat kos. Packing dari tempat kos ke Asrama PPSDMS Nurul Fikri. Packing dari asrama PPSDMS ke rumah kontrakan. Packing dari rumah kontrakan ke MTC. Terbaru, Packing dari MTC ke Desa Selengot Kecamatan Tanjung Harapan Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.

Ya, Desa Selengot, itulah nama desa yang akan menjadi tempat tinggal sekaligus tempat aku mengajar selama satu tahun ke depan. Terus terang saya masih sangat asing dengan nama daerah ini. Kalau nama Tanjung Harapan, saya sudah pernah mendengarnya. Kata fasilitator kabupaten, desa ini minim sinyal telepon. Hanya sinyal telkomsel yang masuk, itu pun antara ada dan tiada. Air bersih mengandalkan air kiriman Allah dari langit alias tadah hujan. Kalau tidak ada hujan ya bersiap tak mandi. Listrik pun hanya ada beberapa jam saat malam hari. Tidak ada taxi kapal di sini. Kalau hendak bepergian ya harus menumpang di kapal nelayan. Tanah di atas rumah-rumah desa ini berupa rawa-rawa. Katanya penduduknya termasuk keras, bahkan tak segan membawa parang ke sekolah jika ada masalah. Entah karena penduduknya keras, entah karena daerahnya tidak ada alat transportasi umum, entah karena listriknya terbatas, entah karena sumber air bersih susah didapatkan, entah karena sinyalnya antara ada dan tiada, banyak guru yang tidak bertahan lama di daerah ini. Seringkali guru PNS yang ditempatkan di sini hanya ada nama tapi tak ada wujudnya. Wal hasil hanya guru honorer yang mencoba bertahan.

Sedikit banyak aku bisa membayangkan bagaimana daerah yang akan kutinggali nanti. Jujur ada perasaan cemas tapi juga penasaran. Tidak tahu kenapa, hati ini menjerit tetap ingin pergi ke daerah ini. Mungkin saja karena di dalam tubuhku ada jiwa rantauan dari ayahku yang merantau di pulau Jawa sejak ia duduk di bangku SMP dari tanah kelahiranya Bima-Nusa Tenggara Barat. Atau mungkin karena aku malu selama ini hanya bisa menulis mengkritik tentang carut marutnya pendidikan Indonesia, namun tak ada upaya konkrit yang kulakukan untuk merubahnya. Hanya ide berupa tulisan yang kuajukan, namun tak jelas siapa yang mau melakukannya. Atau mungkin karena atmosfir kuat dari 50 pengajar muda lain yang bersemangat menjemput pengabdian. Atau mungkin malu karena sudah terlanjur menandatangani kontrak dengan Indonesia Mengajar selama satu tahun ke depan. Atau malu karena sudah terlanjut dielu-elukan di berbagai surat kabar dan media masa lain. Entahlah, bisa jadi semua mempunyai sumbangsih. Tekadku sudah bulat, aku harus tetap berangkat.


Pukul setengah lima pagi, aku dan 50 pengajar muda dikumpulkan untuk prosesi pemberangkatan. Di awali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan, ditutup dengan menyanyikan lagu Padamu Negeri. Kebisingan lalu lalang kendaraan tidak dapat mengusik kekhitmadan acara ini. Satu-satu saling berjabat tangan seraya memberikan pesan, doa, dan motivasi. Ada mata yang berkaca-kaca, ada pula yang sudah tak tahan mengucurkan air mata. Lima kelompok penempatan berpisah sesuai dengan tujuan masing-masing.
***
Baca selengkapnya " Menjemput Pengabdian di Pasir Kaltim " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Lencana itu Akhirnya Tersematkan

Hari ini saya bersama 50 rekan pengajar muda yang lain kembali menginjakkan kaki di Modern Training Camp (MTC) Ciawi Bogor. Hari ini, MTC bak mutiara yang telah lama hilang dan berhasil kutemukan. Padahal kami hanya 3 hari meninggalkan MTC. Mau tau kenapa?

Iya, karena 3 hari kemarin kami, 51 pengajar muda, untuk kedua kalinya kembali dibina oleh orang-orang baju loreng dari Rindam Jaya. Tapi ada yang berbeda antara pertemuan kedua ini dengan pertemuan pertama di awal training Indonesia Mengajar. Kami tidak lagi full tinggal di Serambi Rindam Jaya yang hanya ada dua kamar mandi dalam satu serambi itu. Hanya semalam kami merasakan ranjang rindam. Saat itu para pengajar muda putra digabung dengan peserta didik calon pahlawan bangsa dari amukan si jago merah. Karena hanya ada satu serambi yang tersisa di Rindam Jaya. Maklum nampaknya Rindam Jaya merupakan tempat yang recomended untuk melatih mental, fisik, dan kedisiplinan para anak bangsa. Jadi satu serambi tersebut diperuntukkan bagi para pengajar muda putri. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi para pengajar muda putra karena tidak perlu lagi curve serambi alias menyapu, mengepel, dan merapikan serambi karena semua sudah dikerjakan oleh mas-mas pemadam kebaran ^_^.

51 pengajar muda dibagi menjadi 25 kelompok. Jadi satu kelompok hanya terdiri dari 2 orang, dan satu kelompok khusus berjumlah 3 orang. Satu buah golok, satu buah kompor paravin, 4 pak paravin, dua set rantang masak (misting), dua pasang sarung tangan, dua buah kupluk (versi perampok yang hanya ada tiga lubang untuk sepasang mata dan hidung), satu buah senter; inilah perlengkapan untuk bekal setiap kelompok untuk melakukan pelatihan survivle di Gunung Bunder Bogor. Dengan bekal materi pembuatan bifak (tenda dari ponco) dan membaca kompas siang-malam, kami diberangkatkan dengan menggunakan dua mobil bak hijau yang biasa digunakan para tentara menuju Gunung Bunder.

Menjelang sore hari di bawah belaian air hujan di area Gunung Bunder, 51 pengajar muda diajak menjadi vegetarian. Pak Tarjan, sang instruktur yang terlihat sudah berpengalaman membawa banyak tanaman yang siap jadi santapan ketika tidak ada makanan enak layaknya makanan yang dijual di warung-warung atau supermarket. Sebagian diantaranya juga tanaman yang beracun alias yang membahayakan tubuh jika dimakan. Materi ini sengaja diberikan ketika perut kami kosong karena siang hari tidak ada seteguk air dan sesuap nasi yang masuk di perut kami. Wal hasil setiap peraga tanaman yang bisa dimakan selalu jadi rebutan dan amblas dalam waktu singkat. Materi ini ditutup dengan peragaan dua jenis ular yang bisa dimakan dan tidak. Satu ular peraga ternyata tepat sedang melakukan aksi ganti kulitnya. Wow..ini menjadi pemandangan yang cukup langka bagi kami.

Setengah liter beras, 4 bungkus mie instan, setengah batok gula jawa, 3 bungkus garam dapur, satu bungkus ikan asin, dua bungkus sambal pecel, dua bungkus kecap, dan 4 botol air mineral 1,5 liter dibagikan kepada setiap kelompok. Hati sedikit lega, setidaknya ada bahan makanan untuk 2 hari ke depan. Lega karena ini berarti memperkecil peluang bagi saya untuk makan snack tanaman yang sudah diperagakan tadi.
“Silahkan masak dan makan habis bahan-bahan yang ada di tangan kalian sekarang, khusus gula jawa, garam dan air mineral boleh disisakan”
---ziiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnggggggggg----

Ups, hati urung lega. Instruksi ini mengubah raut muka kami. Setelah selesai masak dan makan dengan aroma khas paravin, kami dituntun ke tempat pendirian bifak kami masing-masing. Setiap kelompok dipencar, meski jaraknya tidak terlampau jauh antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Yang jelas posisi kami dekat dengan sumber air bersih. Sumber air bersih berupa sungai dengan lebar sekitar 1-2 meter ini tidak diperbolehkan digunakan untuk aktivitas MCK karena sumber air ini juga yang digunakan oleh penduduk di bawah Gunung Bunder.

25 bifak dengan berbagai model sudah berhasil didirikan seiring mentari yang perlahan pergi. Bersama Adi Bayu Persada, kumulai malam pertama di Gunung Bunder dengan sholat magrib berjamaah. Untung sudah ambil dua botol air bersih sebelum senja tadi. Jadi bisa dipakai wudlu dan buang air kecil jika mulai tak tahan. Malam ini serasa berjalan sangat lambat. Bunyi-bunyi hewan hutan yang riang gembira mendapatkan teman baru menjadi teman kami bermalam selain alunan lagu dangdut yang terdengar dari kejauhan. Obrolan pun terjalin, menjadi mengenal lebih dalam karena malam yang tiada hiburan.

Esok hari, rekan-rekan pengajar muda akhirnya menerapkan materi vegetarian. Mau tidak mau, kami harus mencari bahan makanan untuk bertahan hidup. Meski nasib saya dan Bayu sedikit lebih beruntung. Masih tersisa di tas kami sedikit beras dan satu mie instan karena sore sebelumya kami tidak berhasil habis memasaknya dan oleh para instruktur pun tidak diminta. Daripada mubadzir, ya lebih baik kami bawa. Bubur saos gula merah pun saya buat untuk pertama kalinya dalam hidup ini. Wah.ternyata enaaaaak. Entah ini enak karena benar-benar manjur resepnya atau karena tidak ada makanan lain. Pak Tarjan, tiba-tiba bertenger di depan tenda saya dan Bayu. Pak Tarjan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah polah kami. “Kalian ini terlalu polos, masak bahan makanan disuruh menghabiskan dihabiskan beneran; simpan donk sebagian”
Huuuh...ternyata instruksi kemarin hanya mengecoh.
Tapi karena kepolosan rekan-rekan, hari menjadi seru. Hari saling berbagi tanaman dan masakan ‘aneh’. Sebanyak apapun kami mengumpulkan bahan makanan, tetap saja hanya sedikit yang tertelan. Harus diakui perut ini belum terbiasa.

Jam 2 siang setelah sebagian bifak terendam air karena hujan lebat. Pelangi muncul. Kami medapatkan bahan makanan baru yaitu 2 singkong, 2 ubi, satu bungkus mie instan, satu bungkus beras plus ikan asin, dan seperempat batok gula jawa. 2 hari ini mie instan rebus dan ubi-singkong rebus menjadi makanan terlezat sedunia.

Malam kedua Gunung Bunder ternyata masih berjalan sangat lambat. Meski demikian, malam ini lebih hidup dibanding malam sebelumnya. Beberapa bifak menjadi pusat ‘tongkrongan’. Ada yang memang ingin bertemu satu sama lain, ada juga yang karena motiv ‘mengungsi’. Jika dipikir-pikir, kondisi kami ini masih jauh lebih beruntung jika dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang sedang berada di tenda pengungsian mentawai, merapi, dan wasior . Semoga mereka semua bisa segera kembali hidup tenang seperti sedia kala.

Perapian menyala di depan bifak Firman-Rusdi. Di situ berkumpul beberapa rekan pengajar muda yang berharap malam segera berlalu dengan menghangatkan badan plus kaus kaki dan sepatu mereka yang basah. Percakapan pun terjalin. Sedikit saya kutip salah satu percakapannya. Sholeh tiba-tiba nyletuk, “Lain kali kita jalan-jalan lagi yuk seperti ini”. Patrya pun menjawab dengan nada khasnya, “Makasih loh..saya nganterin sampai pintu gerbang aja”.

Kuk..kuruyuk...suara ayam jago sayup-sayup terdengar tanda mentari telah mulai menyapa. Jam 6 pagi kami harus bersiap turun ke bawah. Hmmm...hawa peradaban mulai tercium segar. Satu per satu pengajar muda turun. Ternyata di bawah sudah berjajar Pak Anies Baswedan, Pak Sjahid, Bu Nia, Pak Hikmat, Bu Evi, Pak Endang, dan Pak Eko. Tepuk tangan bergemuruh mereka sampaikan kepada setiap pengajar muda. Satu lembar kertas sudah dipegang Pak Anies. Diserahkannya lembar itu padaku seraya menjabat tangan, “Dari Jombang ke pelosok negeri, Selamat Mansyur kamu telah berhasil mengikuti pelatihan ini dengan baik..bla..bla..bla..”. Ternyata itu adalah piagam penghargaan pelatihan pengajar muda. Huaaahh....rasanya kok baru kemarin pelatihan. Kini sudah H-5 deployment saja.

Rangkaian ini ditutup dengan upacara penutupan dan penyematan lencana Indonesia Mengajar kepada setiap pengajar muda. Tak lupa para pengajar muda membawa bingkisan snack daun semang yang harus dimakan oleh semua tim Indonesia Mengajar dari kameramen sampai Pak Anies Baswedan.

“Ya Rabb, kuatkanlah dan teguhkanlah langkah ini menjemput pengabdian di pelosok negeri”
Baca selengkapnya " Lencana itu Akhirnya Tersematkan " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Menjadi Artis

“Beri salam: Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh...”. Suara ini masih terngiang jelas di telinga. Suara anak-anak SD Cikereteg 1 setiap hari ketika hendak memulai pelajaran di kelas. Suara dengan penuh keceriaan dan semangat dari wajah-wajah yang masih polos. Suara yang mampu memberikan kekuatan pada kakiku untuk melangkah ke sekolah setiap harinya. Suara ini pula yang semakin memberikan aku semangat untuk segera berangkat ke SD di Selengot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Suara anak bangsa yang menyiratkan harapan masa depan Indonesia.


Minggu ke enam pelatihan Indonesia Mengajar merupakan minggu yang paling hidup. Minggu ini kami, 51 pengajar muda diterjunkan langsung ke 10 SD di sekitar tempat pelatihan kami untuk belajar mengajar. Kami bertemu langsung dengan anak-anak SD sesungguhnya. Bukan anak SD yang diperankan oleh anak-anak yang sudah berusia 21 sampai dengan 27 tahun. Anak SD dengan ragam yang sesungguhnya. Bukan ragam yang direkayasa sedemikian rupa. Anak SD dengan segala daya kreativitasnya. Anak SD dengan segala canda tawanya. Anak SD dengan kepolosannya melihat dunia.
Di sinilah kami belajar mengajar sesungguhnya dengan segala dinamika di dalamnya. Satu minggu tentu waktu yang tergolong singkat untuk mengerti apa itu mengajar, bagaimana itu mengajar, harus seperti apakah kita mengajar. Meski bagi Donie Koesoema dalam bukunya “Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger”, mengajar merupakan dimensi sempit dari mendidik yang cenderung hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Namun, bagi saya sudah tidak terlalu penting menggunakan kata mengajar atau mendidik. Karena esensinya adalah terletak bagaimana seorang guru menyatu menjadi bagian dari peserta didiknya, melihat masa depan di setiap lentik mata peserta didiknya, ikut resah sebagaimana orang tua kandungnya resah akan masa depan anaknya, dan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk memberikan pengajaran terbaik bagi anak didiknya. Satu minggu untuk satu tahun yang berarti.


Hari minggu aku turun dari camp untuk mencari makan. Di depan pintu camp sudah ada 5 anak yang tiba-tiba menghampiri dan mengulurkan tangannya tanda ingin berjabat tangan. “Kak Mansyur!”, suara nyaring itu keluar dari lima anak itu seraya menjabat tangan dan mencium tanganku. Masih agak canggung ternyata meski sudah beberapa kali menghadapi hal yang serupa, entah kenapa. Ketika di warung, 2 anak laki-laki menghampiri dengan senyum lebarnya. “Kak Mansyur!”, maka ritual jabat tangan kembali diulang disini. Ternyata mereka tidak hanya berdua, beberapa anak lagi keluar dari sebuah toko di samping warung yang kutempati dan kembali melakukan ritual jabat tangan dengan senyum lebarnya. Ada perasaan aneh, senang tapi juga canggung. Canggung harus berkata-kata apa dan bersikap bagaimana. Khawatir kata-kata dan sikapku ternyata tidak patut untuk ditunjukkan. Khawatir akan mencaji contoh yang tidak baik. Terbesit dalam pikiranku “Oh..ini ya rasanya jadi guru”. Sekarang tidak bisa lagi bertutur kata dan bersikap sembarangan, sekarang tidak bisa lagi jajan sembarangan. Ternyata memiliki anak didik bisa menjadi kontrol bagi diri kita. Memiliki anak didik bisa melatih kedewasaan. Memiliki anak didik bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi kita. Pelajaran hidup yangsangat berharga.



Guru atau artis


Sejak acara syukuran Indonesia Mengajar yang digelar di Plasa Bapindo 20 Oktober 2010 lalu, para pengajar muda dirundung banyak permintaan wawancara layaknya artis yang baru naik daun. Hal ini ternyata tidak berhenti begitu saja di minggu keenam ini. Beberapa permintaan wawancara tetap berdatangan. Malu rasanya, malu karena sebenarnya kami belum melakukan apa-apa. Sementara ini bahkan kami masih dalam masa pembekalan. Belum layak rasanya untuk berbicara di khalayak. Namun, di sisi lain jika dipikirkan lagi hal ini juga memberikan dampak positif. Dalam maraknya berita bernada pesimistis negara ini di berbagai media masa, agaknya berita Indonesia Mengajar salah satu cerminan optimisme negara ini. Guru yang biasanya cenderung diberitakan ketika ada kasus penyimpangan, seperti tindak asusila guru pada muridnya, kekerasan guru pada anak didiknya, dan lain sebagainya. Kini berita ini adalah guru yang memberikan secercah harapan baru. Guru bukan lagi artis kriminal, tapi sekarang jadi artis optimisme. Harapannya ini bisa menjadi virus bagi banyak media agar memberikan pemberitaan optimisme. Harapannya ini bisa menjadi trend tersendiri bahwa anak muda mengabdi di untuk bangsa di daerah terpencil bukan lagi hal yang tabu tapi bahkan hal yang mulia.


Jamuan sore di kediaman Arifin Panigoro founder dari Medco Group dan jamuan makan malam dengan Prof Fasli Jalal, wakil menteri pendidikan nasional melengkapi nuansa keartisan para pengajar muda. Semangat, keoptimisan, harapan, dan dukungan semakin menguatkan langkah ini untuk mengabdi di pelosok negeri.

http://blog.indonesiamengajar.org/mansyurridho/
Baca selengkapnya " Menjadi Artis " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

INI ADALAH PILIHAN

Sabtu ini 23 Oktober 2010 adalah hari keenam 51 pengajar muda bermain bersama-sama adik-adik dari SD Pancawati 1. Anak-anak sehat bersemangat, itulah istilah yang kami sematkan kepada adik-adik tersebut. Hari ini ada suasana yang berbeda dengan 5 hari sebelumnya. Mengingat hari ini adalah hari terakhir kami bermain dengan mereka. Sepuluh November tanggal pemberangkatan kami sudah semakin dekat. Rangkaian permainan kembali digagas untuk kembali membangkitkan keceriaan adik-adik sehat dan bersemangat sampai dengan pemutaran video review 5 hari yang sudah dijalani bersama. Di akhir pemutaran video, 5 orang perwakilan pengajar muda memberikan pesan-pesan kepada adik-adik yang hari ini mencapai 220 jumlahnya. Semuanya masih berjalan seperti biasanya sampai dengan seluruh adik-adik kelas 6 maju ke depan. Ternyata mereka diam-diam juga telah mempersiapkan penampilan untuk pertemuan terakhir kami ini. Untaian lirik beberapa lagu coba dibawakan mereka, kepala kami tertegun. Lagu terpujilah guruku dan terima kasih guruku digubah dengan mengganti kata guru dengan kakak. Lagu itu biasa kita dengarkan dan kita nyanyikan di camp training ini, tapi entah kenapa terasa lebih istimewa dinyanyikan mereka dengan wajah polosnya. Hati kami tersentuh, tiba-tiba mata ini terasa penuh. Semuanya jadi tak tertahan, ada yang menetes di pipi. Kami tak bisa bohong, pelukan pun bak gayung bersambut.


Rasanya ingin kuseka segera air mata ini, tidak tahu kenapa. Bukan rasa malu, tapi rasa yang lain. Rasa khawatir waktu singkat ini hanya bermanfaat bagi kami untuk belajar menghadapi anak SD. Sudahkan 6 hari yang singkat ini membawa manfaat bagi mereka juga? Beberapa orang tua sudah menunggu di depan camp sejak beberapa waktu sebelumnya. Menanti anak mereka untuk segera dibawa pulang. Kami tak tahu apa yang mereka pikirkan, senangkah atau khawatirkah anak mereka kami ajak bermain. Khawatir ini juga beralasan, terasa berat berpisah padahal waktu yang dijalin hanya 6 hari, tidak lebih. 1 hari pun bukan 24 jam, tapi hanya 2 sampai 3 jam. Lalu bagaimana dengan jalinan yang dirangkai 12 bulan mendatang?


12 bulan yang akan kami jalani, akankah seperti rafting di hari senin pekan kelima ini? Rasanya tidak sabar untuk sampai di Sukabumi kala itu. Saat rafting, ada yang lengah hingga terjatuh tersungkur ke air. Batu-batuan dari yang kecil sebesar tas ransel sampai batu besar sebesar dua kali perahu karet, kami lalui. Ada yang terlampaui sangat ringan seolah tak ada batu, ada pula yang dengan susah payah terlalui sampai sang pemandu harus turun dari perahu dan mendorongnya hingga terlepas dari batu besar. Tak sedikit air bergejolak kami jumpai, tapi ada juga air yang tenang. Tapi anehnya, ada rekan pengajar muda yang terjatuh malah di air tenang. Dua tangan mengayuh dayung, enam sampai sepuluh kayuhan lalu kami berhenti mengambil nafas seraya menyelami pemandangan sekitar, kemudian kayuhan dilanjutkan. Begitu terus silih berganti. Bisa jadi ada yang bosan. Melewati batuan dan turunan yang terjal ada yang menjerit takut, ada yang menjerit kegirangan, ada juga yang tidak menjerit sama sekali. Ini pilihan. Ada perahu yang berhenti, mereka menepi. Ternyata udara dalam perahu karet perlu ditambah lagi. Ada kalanya ditengah perjalanan kami berhenti untuk sekedar minum segelas air mineral lalu kembali mengayuh dayung dan kembali berteriak-teriak ria. Kami semua memakai life jacket, jaket yang bisa membuat kami mengapung di air. Urusan agar tidak tenggelam memang bisa diatasi dengan life jacket, namun urusan terbawa arus apa tidak adalah urusan lain. Kitalah yang memutuskan mau terbawa arus apa tidak.


“Perjalanan kita tinggal sekitar 10 menit lagi”, ujar pemandu di perahu kelompok saya. Ada perasaan senang. Senang sebentar lagi kayuhan usai dan kami akan minum air kelapa muda seperti yang sudah dijanjikan pemandu sejak kayuhan pertama. Ada perasaan sedih. Rasanya perjalanan ini terlalu sebentar. Rasanya kami belum melewati halang rintang yang ada dengan mulus atau malah kami belum menjumpai halang rintang yang lebih menantang? Memang selalu ada saja ketidakpuasan.


12 bulan di daerah terpencil tentu tidak sama dengan 2 jam rafting di sungai. Namun, mungkin ini bisa menjadi sedikit refleksi bagi kami. Bahwa air tenang itu bisa jadi melenakan. Bahwa halangan itu beragam ada kecil ada besar, ada yang mudah dilewati ada yang sukar dilewati. Bahwa rutinitas yang ada sangat mungkin menemui titik jenuh. Bahwa besar kecilnya masalah kitalah yang memutuskan. Bahwa adakalanya kita harus evaluasi dan mengupgrade diri. Bahwa hanyut terbawa arus adalah pilihan. Bahwa november 2011 adalah penantian dan kecemasan. Bahwa november 2011 bisa jadi tersenyum atau sebaliknya. Bahwa kita tidak bisa memuaskan semuanya segalanya.


Ada banyak harapan di setiap kepala orang yang hadir di Plasa Bapindo 20 Oktober 2010. Akankah harapan-harapan tersebut terwujud oleh pengajar muda? Hanya ada satu jawaban yang pasti, 10 November 2011 akan terlewati dengan atau tanpa adanya senyum. Ini adalah pilihan.
Baca selengkapnya " INI ADALAH PILIHAN " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Kekuatan Kebaya Ibu

Setelah sekian lama saya tak sempat mengarahkan jari ini ke blog yang ok ini, akhirnya kini sempat juga...

Rasanya terlalu cepat waktu ini berlalu. Tiba-tiba sudah wisuda saja. Itupun sudah cukup terseok-seok akibat harus putar haluan penelitian yang awalnya kuantitatif jadi kualitatif. Sempat waktu bulan maret ketika skripsiku bahkan jalan ditemoatpun tidak -stag tiada berdaya-. Saya pun pulang ke jombang, daerahku tercinta. Bahkan saat itu sempat terlintas, mungkin saya tidak akan lulus 4 tahun karena tinggal 2 bulan lagi dedline skripsi. padahal skripsi harus rombak habis-habisan.

----

saat itu, saya sedang duduk di ruang tamu sambnil merenungi nasib. mencoba untuk berpikir menata kembali peta hidup. tapi pikiran tak kunjung bersahabat. tiba-tiba Ibuku keluar dari kamarnya sambil memakai baju kebaya. Tentu saja saya terheran. Perasaan hari ini tidak ada undangan pernikahan. Ibu memakai kebaya, tapi kok gak pakek dandan ya. Pikiran makin terpenuhi tanda tanya. ?????????

Ibu pun meperlihatkan sisi samping dan belakang kebayanya padaku seraya berkata "Piye, pantes gak?" (bagaimana pantas tidak?)

spontan saya pun menjawab "Nggih pantes buk, emang ibuk bade teng pundi?" (Ya pantas lah bu, memangnya Ibu mau kemana?)

Ibu : "Loh, iki digae nang wisudamu...bulan opo wisudamu? agustus iki kan?" (Ini dipakae waktu wisudamu...bulan apa wisuda kamu? agustus ini kan?)

ZIIIIING.........................


Rasanya bagai disambar halilintar....darah ini tiba-tiba mengalir semakin deras...rasanya lebih capek daripada lari mengelilingi gunung...

Entah kenapa saat itu saya pun spontan menjawab “ee...Inggih buk, agustus niki wisuda” (Iya Bu, Agustus ini wisdua)
Huwaaaaa....apa yang telah kukatakan...

Saya bilang agustus ini wisuda. Sedangkan skripsi belum jelas entah dibawa kemana.
Walhasil...mau gak mau, saya harus putar otak lebih keras lagi.

Saya putuskan segera balik ke depok. Langsung bikin janji dengan pembimbing skripsi.

---------------------

Bersambung dulu ya...... ^_^
Baca selengkapnya " Kekuatan Kebaya Ibu " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

SELAMAT KONTINGEN UI DI PIMNAS BALI 2010

HARI INI. setelah dinanti-nanti sejak tanggal 15 Juni sesuai jadwal awal pengumuman peserta yang lolos PIMNAS 2010 di Bali, ternyata baru muncul hari ini tanggal 23 Juni 2010. Selamat kepada para peserta PKM yang lolos dari Universitas Indonesia. Semangat Berjuang, berikanlah persembahan terbaik di PIMNAS 2010 untuk Universitas Indonesia tercinta.

Meski hanya 6 Tim (tidak sesuai dengan harapan), semoga 6 yang ada bisa menjadi semakin fokus dan optimal.

Berikut nama-nama yang lolos PIMNAS 2010 di Universitas Mahasaraswati Denpasar BALI.

PKM Kewirausahaan
Ketua : Alfira Fitrananda /Sistem Informasi/ Fasilko
Anggota :
1.Adzar Karomy /Sistem Informasi/ Fasilkom
2.Ahmad Mahmudi Yunus /Sistem Informasi/ Fasilkom
3.Akhmad Rahadian Hutomo /Sistem Informasi/ Fasilkom
4.Alfadesta /Sistem Informasi/ Fasilkom

Pembimbing :
Putu Wuri Handayani, M.Sc

PKM Penelitian
Ketua : Didit Kuncorojati /Teknik Kimia/FT
Anggota :
1.Annisa Shaira Dewi /Teknik Kimia/FT
2.Kenny Lischer /Teknik Kimia/FT

Pembimbing :
Dr. Ir. Slamet, MT


PKM Teknologi dan Inovasi

Ketua : Bigzaman /Ilmu Komputer/Fasilkom
Anggota :
1.Ade Kurniawati /Ilmu Komputer/Fasilkom
2.Andreas Senjaya /Ilmu Komputer/Fasilkom
3.Yasmin Khairina /Ilmu Komputer/Fasilkom

Pembimbing :
Dr. Hisar Maruli Manurung



PKM Gagasan Tertulis

Ketua : Mansyur Ridho /Sosiologi/FISIP
Anggota :
1.Tri Mukhlison Anugrah/Ilmu Ekonomi/FE
2.Bigzaman /Ilmu Komputer/Fasilkom

Pembimbing :
Rissalwan Habdy Lubis, M.Si.

Ketua : Nisa Yulianti /Farmasi/FMIPA
Anggota :
1.M. Gama Ramdahan /Farmasi/FMIPA
2.Offi Eka Hartisyah /Farmasi/FMIPA

Pembimbing :
Santi Purna Sari, M.Si., Apt


Ketua : Dani Ariyanto /Teknik Mesin/ FT
Anggota :
1.Abdurrahman Wahid
2.Nurusysyifa Dwi Handayaningsih

Pembimbing :
Ardiyansyah, ST., M.Eng.


untuk lebih lengkap, silahkan download di http://dp2m.dikti.go.id/
Baca selengkapnya " SELAMAT KONTINGEN UI DI PIMNAS BALI 2010 " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

KOREA SELATAN BIKIN DEG-DEGAN

Pertandingan yang sangat ketat dipertunjukkan oleh tim pebulu tangkis dari Korea Selatan melawan China di laga Final memperebutkan Uber Cup. Akhirnya pertandingan ini berhasil dimenangkan oleh tim dari Korea Selatan dengan skor 3-1. Kemenangan Korsel dituntaskan oleh Lee Kyung Won/Ha Jung Eun atas Du Jing/Yu dengan poin 21-19, 14-21 dan 19-21. Kemenangan Korsel merupakan bukti pematahan dominasi China selama kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Entah kenapa, pada saat pertandingan berlangsung saya sangat menginginkan kemenangan Korsel. Entah karena China telah membuat Indonesia tidak berhasil merebut Uber Cup di laga semifinal, atau karena kebosanan terhadap China yang selalu menjadi jawara di beberapa tahun terakhir. Yang jelas setelah kemenangan itu ditoreh oleh Korsel saya tidak bisa membendung sorak sorai kegembiraan saya.

Satu alasan yang jelas membuat saya senang akan kekalahan China adalah semoga kekalahan serupa di laga Final Thomas Cup terjadi. Dengan kata lain semoga Indonesia yang berhasil merebut Thomas Cup. Saya ingin bersorak lebih lepas lagi dari pada sekedar kekalahan China, tapi sorak kegembiraan atas kemenangan Indonesia negaraku tercinta.

Taufik dan kawan-kawan, saya akan terus mendukungmu. Berjuanglah sebaik mungkin. Doaku juga turut mengiringi finalmu nanti.


JAYALAH BULU TANGKIS INDONESIA

JAYALAH TERUS NEGERIKU
Baca selengkapnya " KOREA SELATAN BIKIN DEG-DEGAN " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

DILEMA KEBANGGAAN MAPRES UI 2010

Malam Apresiasi Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia 2010 digelar di Balairung UI tanggal 12 Mei 2010. Malam ini menjadi malam yang sangat membanggakan bagi rekan-rekan mahasiswa UI yang telah mengukir prestasi baik di bidang seni, olahraga, maupun bidang penalaran. Dengan rangkaian persembahan karya seni luar biasa dari Bintang Pop UI, Paragita, Liga Tari, maupun Nunung CS sebagai bintang tamu yang diundang, acara ini ditutup dengan pengumuman dan penganugerahan gelar MAHASISWA BERPRESTASI UTAMA UI 2010.

Sebelum diumumkan juara utama 1, 2, dan 3, Manajer Mahalum FK terlebih dahulu mengumumkan orang-orang yang terbaik dalam kemampuan bahasa Inggris dan Karya Tulis. Berikut penghargaan dalam Kemampuan Bahasa Inggris:
Terbaik 3 Tantia Dian Permata Indah (FE)
Terbaik 2 Naufal (FH)
Terbaik 1 Caroline Rainintha Siahaan (FISIP)
Penghargaan dalam Karya Tulis :
Terbaik 3 Caroline Rainintha Siahaan (FISIP)
Terbaik 2 Tantia Dian Permata Indah (FE)
Terbaik 1 Felix Chikita (FK)

Pengumuman kategori Kemampuan Bahasa Inggris dan Karya Tulis tergolong tidak biasa diumumkan karena tahun-tahun sebelumnya langsung diumumkan peringkat 1, 2, dan 3 Mapres Utama UI. Barulah kemudian diumumkan Juara MAPRES Utama UI 1, 2, dan 3. Hal yang tidak sama dengan tahun sebelumnya, nilai-nilai ketiga peringkat tersebut tidak diumumkan. Berikut Juaranya :

Juara 3 : Felix Chikita (FK UI 2007)
Juara 2 : Andreas Senjaya (FASILKOM 2007)
Juara 1 : Tantia Dian Permata Indah (FE 2006)

Dengan diumumkannya juara ini, terhitung 2 kali berturut-turut FE telah berhasil menjuarai kompetisi MAPRES UI. Tahun 2009 tercatat Muchdlir Zauhariy (alumni SMAN 2 Jombang) sebagai juara 1 Mapres Utama UI yang juga sama-sama angkatan 2006 dengan mapres Utama UI saat ini.

Kompetisi Mapres kali ini terus terang menjadi dilema tersendiri bagi saya pribadi. Pasalnya saya cukup dekat dengan beberapa finalis Mapres Utama UI. Di satu pihak, sebagai mahasiswa FISIP saya punya keterikatan moral dan harapan agar Mapres FISIP lah yang mengjadi juara Mapres Utama UI yaitu Rainintha Siahaan. Di pihak lain, sebagai peserta sekolah kepemimpinan PPSDMS Nurul Fikri saya juga punya keterikatan moral peserta dari PPSDMS lah yang menjadi juara yaitu Andreas Senjaya dari FASILKOM dan Ariyadul Qolbi dari FT. Di pihak lain pula, sebagai penerima beasiswa Goodwill Internasional saya juga punya interest untuk mendukung Hafiza mapres utama FIK.

Inilah dilema yang saya maksud. Di satu sisi saya sangat menyayangkan Rain Mapres Utama FISIP yang harus puas dengan duduk di peringkat 5 MAPRES Utama UI. Sedangkan jelas-jelas sebelumnya diumumkan bahwa dia terbaik pertama di kemampuan bahasa Inggris dan Terbaik ketiga dalam Karya Tulis. Secara hitungan kedua aspek tersebut layaknya dia menjadi juara 1, atau paling tidak tetap masuk 3 besar. tapi ternyata tidak. Kesimpulan yang didapatkan jelas Rain ternyata jatuh di aspek nilai CV yang besarannya 30 persen dari total keseluruhan penilaian. Tapi di sisi lain saya juga harus mengakui kalau turut bahagia dengan raihan prestasi Ariyadul Qolbi FT yang berhasil menyabet peringkat 4 dan Andreas Senjaya sebagai Runner Up MAPRES Utama UI.

Diluar dilema tersebut, yang jelas saya bangga punya rekan-rekan hebat seperti kalian semua. Untuk Rain mapres utama terbaik FISIP UI 2010..bagi saya dan bagi FISIP tentunya, kamu telah menunjukkan usaha terbaikmu. Jadi apapun hasilnya.. saya yakin tidak akan mengurangi rasa bangga FISIP UI terhadapmu. Untuk Hafiza, kami rekan-rekanmu di Goodwill Internasional tetap bangga padamu.. Dan saya yakin begitu pula dengan teman-temanmu di FIK.

Untuk semua Juara..jadikanlah gelar yang kalian emban sekarang sebagai tanggung jawab untuk memberikan contoh yang terbaik dan memberikan kontribusi nyata kalian bagi UI khususnya dan bagi orang-orang di sekitar kalian. Harumkan terus almamater tercinta Universitas Indonesia. Meskipun jujur, saya juga sedikit mengalami dilema dalam hal ini. Karena malam yang bersamaan saya mendapatkan kabar bahwa rekan saya satu almamater SMAN 2 Jombang berhasil menjadi Juara Mapres Utama Universitas Brawijaya Malang, Zulfikar Syam Bani Ulhaq FK UB 2006.

Tapi tentu dalam hal ini saya juga harus tetap mendukung sesuai proporsi saya. UI adalah kampusku tercinta. Selamat bertanding lagi rekan-rekanku di tingkat Nasional. semoga hasil yang terbaik yang didapat.

JAYALAH TERUS INDONESIA
Baca selengkapnya " DILEMA KEBANGGAAN MAPRES UI 2010 " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

SMADA Jombang Berduka

Innalillahiwainnailaihi roojiuun..

BERITA DUKA

Hari ini SMADA patut berduka karena telah ditinggal oleh seorang guru yang sangat penyabar.

Bapak Udiono Guru Ekonomi kita telah kembali kehadirat Allah Rabbulalamin dengan tenang. Beliau meninggal dunia pada pukul 14.00 hari ini di Rumah Sakit Darmo Surabaya. Menurut kabar beliau sebelumnya dideteksi menderita sakit leukimia.

Mohon doanya agar beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya..

"Dear Allah..tempatkan Guruku Pak Udiono di tempat yg terbaik di sisiMu. Sediakan jannah yang paling indah untuknya. Teduhkanlah alam kuburnya dengan selimut yg paling hangat.. Sungguh bliau yg saya kenal adalah org yg sangat sabar..

selamat jalan Bapakku yg penyabar lg penyayang.."
Baca selengkapnya " SMADA Jombang Berduka " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

BERSIAP UNTUK PIMNAS 2010 DI BALI

PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) merupakan ajang ilmiah bergengsi yang diselenggarakan oleh DP2M dan DIKTI Depdiknas setiap tahunnya. Lomba inti dari ajang PIMNAS ini adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang terbagai menjadi beberapa bidang. Yaitu :
1. PKM Pengabdian Masyarakat (PKMM)
2. PKM Penelitian (PKMP)
3. PKM Teknologi dan Inovasi (PKMT)
4. PKM Kewirausahaan (PKMK)
5. PKM Gagasan Tertulis (PKMGT)
6. PKM Artikel Ilmiah (PKMAI)

PKM nomor 1 sampai dengan nomor 4 adalah PKM yang sudah mulai diproses sejak bulan Oktober tahun sebelumnya. PKM tersebut mengharuskan setiap tim yang mengikuti untuk mengajukan proposal terlebih dahulu. setelah itu DIKTI akan mengumumkan pada bulan Desember-Januari, proposal mana yang disetujui dan didanai. Tahap selanjutnya, tiap-tiap tim yang sudah disetujui proposalnya diberikan waktu untuk mengimplementasikan programnya seolama kuran lebih 3 bulan.

Bagi teman-teman yang sudah berhasil melewati tahap tersebut, bersiaplah untuk melakukan tahap MONEV. MONEV merupakan tahap monitoring dan evaluasi hasil implementasi program yang telah dijalankan. Persiapkan dengan sebaik mungkin untuk para tim PKM UI untuk melaksanakan MONEV tanggal 24 sampai dengan tanggal 26 Mei 2010. Jika berhasil dalam tahap monev ini, maka kalian berhak maju ke PIMNAS yang tahun 2010 ini akan diselenggarakan di Universitas Mahasaraswati Denpasar BALI.

Berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah PKMGT yang teman-teman sudah mengajukan pada bulan Maret 2010. Maka terus update pengumumannya di http://dp2m.dikti.go.id/. PKMGT yang berhasil dinyatakan lolos, maka dia berhak melakukan presentasi di Ajang PIMNAS yang rencanannya digelar bulan Juli Minggu ke 2.

Jenis PKM dari nomor satu sampai dengan nomor lima, Jika teman-teman lolos ke PIMNAS, yang perlu dipersiapkan selain bahan presentasi adalah Poster dari PKM kalian masing-masing. Jadi poster dalam hal ini bukan lomba yang terpisah dari PKM. Meskipun demikian juara Poster bisa berbeda dengan juara PKM itu sendiri. Setiap peserta PKM mempunyai kesempatan menjadi pemenang PKM itu sendiri dan/ atau lomba poster.

Berbeda dengan PKM yang sudah disebutkan dari nomor satu sampai dengan nomor lima, PKMAI tidak melewati tahap presentasi di PIMNAS. jadi PKMAI cukup mendapatkan penghargaan dan karyanya akan dibukukan.

Jika teman-teman UI ada yang mengetahui dirinya lolos ke PIMNAS, silahkan hubungi saya di nomor: 085718570740 atau 021 995 82 282. Akan ada coaching bagi kalian sebelum berjuang di Bali nanti.

Sebagai info, ketua Kontingen UI untuk PIMNAS 2010 adalah Bapak Rissalwan Habdy Lubis, S.SOs, M.Si. Beliau adalah manajer kemahasiswaan dan hubungan alumni FISIP UI. Sedangkan tim coaching untuk kontingan UI adalah Pak Adila (mahalum Fasilkom), Pak Banu (Mahalum FE), dan saya sendiri.

Semoga kkontingen UI dapat mempersembahkan prestasi yang terbaik bagi UI di PIMNAS 2010 Bali.

KEEP UP YOUR SPIRIT & YOUR SMILE :-D
Baca selengkapnya " BERSIAP UNTUK PIMNAS 2010 DI BALI " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

PENGUMUMAN SIMAK UI DIAJUKAN

Pengumuman SIMAK UI yang awalnya direncanakan tanggal 15 Mei 2010 diajukan menjadi tanggal 8 Mei 2010 mulai pukul 08.00 WIB.

Bagi yang sedang mengkuti SIMAK UI, semoga mendapatkan hasil yang terbaik.


SALAM SEMANGAT ^_^
Baca selengkapnya " PENGUMUMAN SIMAK UI DIAJUKAN " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

Indahnya Pemandangan Laut Indonesia

Ternyata begitu indah pemandangan di dasar laut.. ini masih secuil bagian dari kekayaan indonesia...

Jika ini dilestarikan dan dioptimalkan keberfungsiannya..sunggul luar biasa..

Mari Jaga dan Lestarikan kekayaan bahari indonesia ^_^
Baca selengkapnya " Indahnya Pemandangan Laut Indonesia " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

PILIHAN

Pilihan itu ibarat mawar..

harumnya mewangi
merahnya menarik hati
tapi ketika dipetik akan membuat luka
jika tak hati-hati

Pilihan itu ibarat kelinci

terkadang terlihat lucu
menggemaskan
ingin rasanya membelainya..
tapi itu tak mudah
dia akan lari secepat kilat jika kita mendekatinya dengan tergesa-gesa

Pilihan itu ibarat benang kusut

terkadang kita tak bisa menguraikannya dengan mudah
semakin dipilih ujung yang ditarik
semakin kusut saja


Pilihan itu pelangi

warna warni
terasa indah perpaduannya

Pilihan itu..........

kadang pun terasa lelah berkutat pada pilihan

tapi harus ada yang dipilih

inginnya memilih semua...bisakah?
dengan dalih menyenangkan semua
dengan dalih agar adil
dengan dalih rasa iba
dengan berbagai dalih yang lain

sebenarnya...
jika pilihan itu bisa bicara
mau tidak ya sebenarnya jika pilihan itu dipilih?

pilihan itu diarahkan..
boleh tidak ya?
atau memang harus mengarah dan diarahkan?
atau harus tidak sesuai arah?

boleh tidak ya pilihan itu depannya tidak P
boleh tidak ya pilihan itu belakangnya tidak N

pilihan...sekedar memilih
boleh tidak?

memilih untuk menjawab ya, boleh tidak ya
memilih untuk menjawab tidak, boleh tidak ya

sebenarnya memilih bertanya boleh tidak ya?

kenapa harus memilih pilihan
kenapa pilihan itu membuat pusing
kenapa pusing menjadi pilihan

Pilihan....

misterikah dia?
jelaskah dia?
menarikkah dia?
membingungkankah dia?
menyenangkankah dia?
menantangkah dia?

Pilihan....

pilihanlah yang akan menjawab pilihan
Baca selengkapnya " PILIHAN " ini - by Mansyur Ridlo
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments